3 Alasan Mengapa Anda Tidak Bisa Tidur di Malam Hari

Bonn, Jerman – 16 April: Dalam ilustrasi foto ini seorang gadis yang frustasi duduk di mejanya pada tanggal 16 April 2021 di Bonn, Jerman. (Foto oleh Ute Grabowsky/Photothek via Getty Images)

Jika ada satu hal yang belum kita kuasai, itu tidur berkualitas baik. Tidur yang baik terus mengelakkan bahkan dari yang terbaik dari kita yang mencoba memperbaiki masalah tidur kita. Tapi apa yang membuat sulit bagi kita untuk tertidur dan tetap tertidur?

Ilmu pengetahuan telah memberikan pengetahuan yang luas tentang masalah tidur kita, dari dampak rutinitas tidur dan kualitas kasur kita hingga pengaruh kafein malam hari dan waktu layar. Namun, kita baru mulai memahami sepenuhnya cakupan kesulitan kita dengan tidur.

Penelitian saat ini telah mengungkap faktor signifikan lain yang dapat mengganggu tidur kita dan, jika dibiarkan tanpa pengawasan, dapat menyebabkan kerusakan yang substansial terhadap kesehatan secara keseluruhan. Berikut adalah tiga alasan utama mengapa Anda mungkin memerlukan bantuan untuk mendapatkan tidur malam yang nyenyak.

Efek Trauma Pada Tidur

Mengalami trauma dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dan fisik, yang berpotensi memengaruhi kualitas tidur, menurut Sleep Foundation. Trauma dapat bersifat personal dan sekunder. Trauma personal adalah pengalaman langsung dari suatu peristiwa yang menyedihkan, sementara trauma sekunder adalah residu emosional dari paparan pada pengalaman trauma orang lain.

Berbagai gangguan tidur berkembang setelah mengalami peristiwa trauma, termasuk TASD, juga dikenal sebagai gangguan tidur terkait trauma. TASD terdiri dari mimpi buruk terkait trauma dan perilaku mengganggu pada malam hari serta memiliki kesamaan dengan gangguan stres pasca trauma, menurut tinjauan tahun 2024 yang diterbitkan di jurnal Sleep Medicine Clinics. Masalah tidur lain yang umum setelah mengalami trauma termasuk ketidaksadaran dan hiperarousal, yang merupakan beberapa gejala insomnia.

Selain itu, setelah mengalami trauma, banyak orang mengalami kesulitan tidur, sering terbangun selama malam, dan sulit untuk kembali tertidur. Diperlukan intervensi yang efektif yang berfokus pada trauma untuk mengatasi masalah tidur yang terkait dengan trauma secara langsung.

Beban Kerja Berlebihan

Padahal tidur penting untuk kesejahteraan mental dan fisik kita, overwork bisa menyebabkan masalah tidur, seperti yang disorot dalam penelitian terbaru dari International Journal of Social Psychiatry. Overwork juga merugikan kualitas hidup dan umur panjang kita serta menyebabkan produktivitas yang lebih sedikit. Dan bahkan para pebisnis ternama menyadarinya. Sebagai contoh, Arianna Huffington memiliki bagaimana kolaps dari kelelahan mengakibatkan ia semakin bersemangat terhadap hubungan antara kesejahteraan dan produktivitas — dan akhirnya mendirikan Thrive Global, sebuah platform yang berusaha mengalahkan kelelahan.

CEO Tesla, SpaceX, dan X, mantan Twitter Elon Musk, mengumumkan baru-baru ini bahwa ia sekarang berusaha untuk tidur setidaknya enam jam per malam. Juga, Bill Gates, dalam beberapa tahun terakhir, menyoroti pentingnya untuk mendapatkan tidur yang cukup dan setidaknya tujuh jam tidur. Overworking bukanlah sebuah tanda kehormatan; seharusnya menjadi pemanggilan untuk menyediakan prioritas pada tidur kita dan membuat perubahan yang diperlukan pada kebiasaan kerja kita.

Lingkungan Tidur yang Buruk

Perjalanan menuju tidur yang lebih baik juga melibatkan efektivitas atau ketiadaan rutinitas tidur sebelum tidur. Menciptakan lingkungan yang menenangkan adalah bagian dari pola tidur yang baik, termasuk memastikan kondisi lingkungan (suhu, kebisingan, cahaya, kenyamanan tempat tidur, gangguan elektronik) ideal. Menurut National Institutes of Health, kondisi-kondisi tersebut dapat memainkan peran signifikan dalam kemampuan seseorang untuk mendapatkan tidur yang baik — dan, akibatnya, dalam kesejahteraan terkait tidur secara keseluruhan. Namun, menciptakan lingkungan tidur yang ideal juga mencakup memiliki keadaan mental yang sehat sebelum tidur. Salah satu contohnya adalah menghindari berita negatif, karena dapat memperburuk pikiran negatif dan meningkatkan kewaspadaan berlebihan dan risiko trauma sekunder.

Namun, kita tidak dapat mengabaikan disparitas tidur yang ada. Penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Behavioral Sleep Medicine menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan terkait kemiskinan perkotaan (misalnya, kebisingan, suhu yang tidak nyaman, paparan cahaya) mungkin mengganggu tidur anak-anak dan asma. Oleh karena itu, setiap orang harus menciptakan lingkungan tidur yang tepat, menerapkan pendekatan baru, dan melakukan apa yang bekerja untuk mereka dalam situasi mereka. Tetapi lingkungan tidur yang baik tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab yang ditempatkan pada individu. Masyarakat dapat menempatkan sistem yang adil bagi mereka yang kekurangan sumber daya untuk menangani masalah kesehatan tidur yang memburuk. Hal ini bisa mencakup program komunitas yang menyediakan pendidikan tidur dan sumber daya atau kebijakan yang mempromosikan keseimbangan kerja-hidup yang sehat.

Beberapa dekade terakhir telah melihat gunung penelitian yang menunjukkan betapa terhubungnya tidur dengan kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas kita. Namun, meskipun kemajuan terakhir, kekurangan tidur tetap menjadi masalah dalam masyarakat kita. Ketika kita memberi prioritas pada tidur, pengambilan keputusan, kreativitas, dan produktivitas kita meningkat secara dramatis. Sekarang adalah waktu untuk berinvestasi dalam tidur dan istirahat untuk kualitas hidup yang lebih baik. Seperti yang pernah dikatakan penulis terkenal Amerika Robert A Heinlein: “Kebahagiaan terletak pada mendapatkan cukup tidur.”