4 Pelajaran yang Bisa Dipelajari AI Kesehatan dari Catatan Kesehatan Elektronik

Para siswa belajar pelajaran dari seorang guru. Getty Images
Tremendous excitement. Grandiose prediksi. Massive expectations. Meskipun kata-kata ini menggambarkan semangat AI kesehatan saat ini, mereka juga menggambarkan bagaimana banyak orang merasa tentang catatan kesehatan elektronik pada tahun 2000-an dan 2010-an.

Sejak saat itu, hampir semua sistem kesehatan dan praktik medis di AS telah menerapkan EHR, memperbaiki kesehatan dalam beberapa hal dan membuatnya lebih buruk dalam hal lain. Hasilnya bervariasi; organisasi yang berinvestasi pada tenaga kerja dan sistem telah lebih berhasil secara keseluruhan.

AI adalah fase berikutnya dari transformasi digital kesehatan yang telah berlangsung puluhan tahun. Meskipun peluncurannya akan berbeda, organisasi yang mendekati AI akan lebih baik dilayani dengan mengaplikasikan pelajaran dari penerapan dan pemanfaatan EHR.

Pelajaran 1: Tetapkan Harapan yang Realistis
Setelah puluhan tahun harapan dan hipe seputar digitalisasi kesehatan, banyak yang mengharapkan bahwa EHR akan membuat kesehatan lebih aman, lebih murah, dan lebih efektif. Namun, kenyataannya berbeda.

EHR memiliki pro dan kontra. Misalnya, catatan klinis sekarang mudah dibaca dan mudah diambil namun sering kali terlalu diisi dengan konten yang tidak perlu, duplikat, dan terkadang sulit dimengerti.

Demikian pula, EHR mendekatkan antara dokter dan pasien sambil menjauhkan mereka. Meskipun portal memudahkan komunikasi di antara mereka di antara kunjungan, layar intrusif dan keyboard di ruang pemeriksaan mengganggu hubungan manusiawi.

EHR membuat dokter lebih produktif dalam beberapa hal namun kurang produktif dalam hal lain. Misalnya, meskipun mudah untuk meresepkan obat dan mengkomunikasikan hasil tes secara elektronik, dokter harus mengolah ratusan peringatan dan pemberitahuan.

Pelajaran 2: Utamakan Manusia
Banyak yang mengkritik EHR karena lebih melayani kebutuhan penagihan daripada meningkatkan perawatan klinis. Oleh karena itu, perawat dan dokter sering merasa sulit menggunakan EHR, yang berkontribusi pada burnout. Namun, organisasi yang memprioritaskan tenaga kerja mereka – misalnya, dengan berkomunikasi secara jelas, berinvestasi dalam implementasi, dan melatih personal – telah lebih berhasil.

Dengan AI, organisasi harus mulai dengan memenangkan kembali hati dan pikiran pasien serta pekerja kesehatan yang tidak lagi percaya pada janji bahwa lebih banyak teknologi akan meningkatkan kesehatan. Hal ini akan memerlukan penggunaan AI untuk meningkatkan hasil dan pengalaman (bukan hanya penagihan dan efisiensi), membuat alat AI mudah digunakan, dan mendukung perubahan.

Pelajaran 3: Tingkatkan Sistem Perawatan
Teknologi kesehatan tidak bekerja secara terisolasi. Ia menjadi bagian dari sistem sosioteknis yang melibatkan berbagai tim dan alur kerja.

Saat menerapkan EHR, banyak organisasi mengotomatisasi alur kerja berbasis kertas yang ada dan tetap menjaga tim mereka tanpa perubahan daripada memperbarui untuk dunia digital. Hal ini menghasilkan banyak alur kerja yang tidak sesuai dan pemborosan, sering kali memaksa pekerja kesehatan untuk menemukan solusi dan melakukan tugas yang sebelumnya dilakukan oleh orang lain untuk mereka. Namun, organisasi yang telah mendesain ulang alur kerja dan mengonfigurasi tim untuk dunia digital telah lebih berhasil.

Organisasi harus menghindari membuat kesalahan yang sama dengan AI. Bill Gates menjelaskan, “Aturan pertama dari setiap teknologi yang digunakan dalam bisnis adalah bahwa otomatisasi yang diterapkan pada operasi yang efisien akan memperbesar efisiensinya. Aturan kedua adalah bahwa otomatisasi yang diterapkan pada operasi yang tidak efisien akan memperbesar ketidak-efisiensian”. Jadi, daripada terburu-buru mengotomatisasi proses yang rusak atau menggunakan AI sebagai plester untuk teknologi yang dirancang buruk, organisasi harus terlebih dahulu mengoptimalkan EHR mereka, menyederhanakan pekerjaan, dan menghilangkan tugas yang boros. Inisiatif seperti program Getting Rid of Stupid Stuff (GROSS) dapat membantu.

Pelajaran 4: Terus Berinvestasi dalam Perubahan
Banyak organisasi memperlakukan penerapan EHR sebagai peristiwa sekali jalan, gagal menyadari bahwa tidak mungkin untuk sepenuhnya memperkirakan bagaimana EHR “live” akan terlihat sebelum memasukkannya ke produksi dan melatih tenaga kerja mereka sekaligus.

Akibatnya, banyak tugas EHR merupakan beban (misalnya, dokter di satu sistem kesehatan harus mengklik 61 kali untuk melakukan pemesanan Tylenol), dan banyak dokter tidak menggunakan fitur EHR yang kuat (misalnya, Epic melaporkan bahwa hanya satu dari tiga dokter menggunakan pencarian grafiknya). Sebaliknya, organisasi yang memprioritaskan pelatihan berkelanjutan dan peningkatan EHR telah jauh lebih berhasil.

Poinnya adalah bahwa dengan AI, penerapan tidak boleh berakhir. Organisasi harus terus memantau AI, mengevaluasi efeknya, mendukung staf garis depan, dan memastikan bahwa tugas berbasis AI tetap sejalan dengan pekerjaan yang harus dilakukan.

Taruhannya terlalu tinggi untuk gagal
Organisasi kesehatan bisa memanfaatkan AI untuk membuat perawatan lebih dapat diakses, efektif, dan efisien. Namun, keberhasilan tidak dijamin. Mereka yang mengambil pelajaran dari menerapkan EHR – menetapkan harapan yang realistis, menempatkan manusia terlebih dahulu, meningkatkan sistem perawatan, dan terus berinvestasi dalam perubahan – adalah yang paling mungkin berhasil.