Panas ekstrem membuat beberapa wanita termiskin di dunia semakin miskin.
Itulah kesimpulan tajam dari sebuah laporan yang dirilis pada hari Selasa oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, berdasarkan data cuaca dan pendapatan di 24 negara berpendapatan rendah dan menengah.
Laporan tersebut menambahkan pada kumpulan karya yang menunjukkan bagaimana pemanasan global, yang didorong oleh pembakaran bahan bakar fosil, dapat memperbesar dan memperburuk disparitas sosial yang ada.
Apa yang ditemukan dalam laporan?
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa meskipun tekanan panas berbiaya bagi semua rumah tangga pedesaan, biayanya lebih tinggi untuk rumah tangga yang dipimpin oleh seorang wanita: Rumah tangga yang dipimpin oleh wanita kehilangan 8 persen lebih dari pendapatan tahunan mereka dibandingkan dengan rumah tangga lainnya.
Dengan kata lain, panas ekstrem memperlebar disparitas antara rumah tangga yang dipimpin oleh wanita dan rumah tangga lainnya. Hal tersebut karena disparitas yang mendasari sedang terjadi.
Misalnya, sementara wanita bergantung pada pendapatan pertanian, mereka hanya mewakili 12,6 persen dari pemilik tanah secara global, menurut perkiraan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Itu berarti rumah tangga yang dipimpin oleh wanita kemungkinan tidak memiliki akses ke layanan penting, seperti pinjaman, asuransi tanaman, dan layanan perpanjangan pertanian untuk membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim.
Laporan ini didasarkan pada data survei rumah tangga antara 2010 dan 2020, yang dilapisi dengan data suhu dan curah hujan selama 70 tahun.
Efek jangka panjang pemanasan global juga sangat terasa. Rumah tangga yang dipimpin oleh wanita kehilangan 34 persen lebih pendapatan, dibandingkan dengan yang lain, ketika suhu rata-rata jangka panjang meningkat sebesar 1 derajat Celsius.
Suhu rata-rata global sudah meningkat sekitar 1,2 derajat Celsius sejak awal zaman industri.
Banjir juga menekan pendapatan rumah tangga yang dipimpin oleh wanita lebih dari hal itu yang dilakukan rumah tangga lain, menurut laporan, tetapi dengan tingkat yang lebih rendah daripada panas.
“Seiring peristiwa ini menjadi lebih sering, dampak pada kehidupan orang akan semakin dalam juga,” kata Nicholas Sitko, seorang ekonom dengan Organisasi Pangan dan Pertanian dan penulis utama laporan tersebut.
Mengapa ini penting?
Belakangan ini telah terjadi perhatian yang semakin meningkat terhadap kerugian tidak proporsional dari cuaca ekstrem, kadang-kadang diperparah oleh perubahan iklim, terhadap negara-negara berpendapatan rendah yang menghasilkan emisi gas rumah kaca jauh lebih sedikit, per orang, daripada negara-negara yang lebih kaya dan lebih terindustrialisasi.
Apa yang jarang dibicarakan adalah ketidakadilan dalam negara itu sendiri. Disparitas gender seringkali sulit diukur.