Presiden Brasil, Luiz InĂ¡cio Lula da Silva, berencana untuk menyampaikan sikap negara terhadap kecerdasan buatan (AI) ke dunia pada akhir tahun ini. Tujuan tersebut disorot dalam pertemuan penasihat minggu lalu, yang dihadiri oleh pejabat dan pakar-pakar terkemuka negara ini.
Lula memimpin pertemuan perdana Dewan Sains dan Teknologi Nasional, badan penasihatnya dalam bidang sains dan teknologi, pada Kamis (8). Pertemuan tersebut difokuskan pada tantangan dan peluang yang dihadapi AI bagi pembangunan Brasil, mencakup topik-topik seperti risiko, dampak teknologi tersebut terhadap pasar kerja, dan integritas data.
Sebagai presiden G20 dan BRICS tahun depan, Lula menekankan pentingnya membentuk agenda Global South seputar AI. Dia menekankan bahwa Brasil tidak dapat “mengikuti arus” dalam bidang ini dan meminta proposal dari para pakar untuk disampaikan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September.
“Seringkali, kita gagal bertindak karena kita terlalu memikirkan dan terlalu mendiskusikan. Kita perlu berpikir dan bertindak. Kita butuh kebijakan konkret tentang kecerdasan buatan,” ujar Lula dalam pertemuan tersebut.
Para pakar dalam pertemuan setuju tentang perlunya regulasi dan pembentukan aturan yang berfokus pada hak asasi manusia dan augmentasi daripada penggantian. Luciana Santos, Menteri Sains dan Teknologi Brasil, menyebutkan bahwa sektor industri negara harus berevolusi untuk mengintegrasikan teknologi seperti AI.
“Agar Brasil memiliki otonomi dalam skenario AI global, negara ini tidak hanya harus menggunakan teknologi tersebut tetapi juga memproduksinya,” ujar Santos, menambahkan bahwa hal ini penting untuk mencegah “jurang antara negara-negara.”