H5N1 kini menyebar dengan cepat di kawanan sapi perah di AS dalam apa yang dijelaskan oleh US Centres for Disease Control, CDC, sebagai “wabah multi-negara yang sedang berlangsung”. Virus ini telah menyeber ke sapi membuat para ilmuwan terkejut, yang sebelumnya mengira sapi tidak rentan terhadapnya. Ini terjadi di tengah perkembangan tidak biasa lainnya: Pada awal Juni, seorang pria berusia 59 tahun di Meksiko meninggal akibat jenis flu burung lain – H5N2 – yang sebelumnya tidak pernah tercatat pada manusia. Belum jelas bagaimana ia tertular, meskipun telah terjadi kasus di beberapa peternakan ayam di Meksiko. Organisasi kesehatan seperti Organisasi Kesehatan Dunia dan CDC mempertimbangkan risiko kesehatan masyarakat secara keseluruhan dari flu burung rendah. Namun para ilmuwan mengatakan kita perlu memantau dengan seksama penyebaran virus ini. “Kasus ini merupakan satu lagi dari serangkaian perkembangan yang secara kolektif bisa dianggap sebagai tanda bahaya,” kata Profesor Sir Peter Horby, direktur Pandemic Sciences Institute di Universitas Oxford. H5N1 telah menjadi perhatian para ilmuwan selama beberapa tahun terakhir, dengan virus menyebar ke semua benua. Ribuan wabah telah tercatat pada unggas dan burung liar. Telah terjadi wabah pada hewan yang dibudidayakan untuk bulu mereka, termasuk musang. Pada akhir tahun 2023 di Peru, lebih dari 5.000 singa laut mati akibat virus ini, yang disebabkan oleh kontak langsung hewan dengan burung liar yang terinfeksi. Virus juga telah terdeteksi pada rubah, beruang, berang-berang, rakun, kucing, anjing, kambing, dan lainnya. “Ini adalah virus yang sedang menyebar jadi kami telah mengawasinya dengan kekhawatiran atas alasan itu,” kata Dr. Ed Hutchinson, Dosen Senior, MRC-University of Glasgow Centre for Virus Research.