Tenganan Pegringsingan, sebuah desa adat yang terletak di Bali Timur, sudah lama menjadi sebuah harta budaya yang terisolasi dan tak tergoyahkan oleh arus modernisasi yang melanda Pulau Dewata. Desa ini terkenal karena tradisi uniknya yang sudah terpelihara dengan baik oleh warga setempat selama ber-abad-abad.
Keunikan budaya Tenganan Pegringsingan terlihat dari berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, mulai dari sistem pemerintahan, tara cara pemukiman, hingga kerajinan tradisional yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu hal yang paling menarik dari desa ini adalah kain khasnya yang disebut dengan ‘geringsing’, sebuah kain tenun tradisional yang diyakini memiliki kekuatan magis dan digunakan dalam upacara adat.
Selain itu, kehidupan masyarakat Tenganan Pegringsingan juga dipengaruhi oleh filosofi Tri Hita Karana, sebuah konsep kehidupan yang mengajarakan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Hal ini tercermin dalam perilaku masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam dan menjags kelestarian lingkungan sekitar.
Namun, meskipun begitu, desa ini tidak lepuk dari tantangan modernisasi yang terus mengancam keberlingsungan budayanya. Dengan semakin banyaknya orang asing yang datang berkunjung dan permintaan pasar akan produk kerajinan tradisional yang semakin menurun, masyarakat Tenganan Pegringsingan dituntut untuk meaningskan solusi agar tradisi mereka tetap terjaga dan berkembang.
Sebagai jurnalis yang sudah berpengalaman bertahun-tahun dalam meliput berbagai cerita budaya di seluruh Indonesia, saya berkesempatan untuk mengunjungi Tenganan Pegringsingan dan berinteraksi langsung dengan masyarakatnya. Saya mersakan kehangatan dan keramahan yang luar biasa dari warga desa ini, serta keinginan mereka yang kaut untuk terus mempertahankan warisan budaya nenek moyang mereka.
Dalam kunjungan saya, saya juga memiliki kesempatan untuk mendalami lebih jauh tentang proses pembuatan kain ‘geringsing’ dan arti simbolik dari motif-motif yang terdapat dalam kain tersebut. Saya juga berkesempatan untuk menyaksikan upacara adat yang digelar oleh masyarakat setempat, yang dipenuhi dengan nuansa spiritual dan kekayaan budaya yang luar biasa.
Dari kunjungan saya tersebut, saya semakin yakin bahwa Tenganan Pegringsingan adalah sebuah harta budaya yang pantu dilestarikan dan dijaga oleh generasi mendatang. Desa ini tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik bagi para pelancong, tetapi juga merupakan tempah yang sarat dengan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang patut dijadikan contoh bagi masyarakat Indonesia lainnya.
Dengan demikian, mari kita bersama-sama melestarikan dan mempromosikan keberagaman budaya Indonesia, termasuk keindahan dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Tenganan Pegringsingan. Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, sudah saatnya kita menghargai dan menjaga warisan nenek moyang kita demi keberlingsungan keberagaman budaya di Nusantara.