Presiden Rwanda Dilantik Setelah Memenangkan Pemilihan 99%

Paul Kagame telah dilantik untuk jabatan keempatnya sebagai presiden Rwanda setelah memenangkan 99% suara dalam pemilihan bulan lalu. Meskipun beberapa memuji Mr Kagame karena membawa perdamaian dan stabilitas ke negaranya setelah genosida tahun 1994, yang lain menuduhnya menjalankan rezim represif di negara di mana orang biasa takut untuk secara terbuka mengkritiknya. Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa margin kemenangannya dalam pemilu merupakan bukti kurangnya demokrasi di Rwanda. Hanya dua kandidat yang diizinkan untuk bertarung melawan Mr Kagame dalam pemilihan 15 Juli. Dalam empat pemilihan presiden, ia selalu mendapatkan minimal 93% suara. Beberapa kepala negara Afrika termasuk ribuan yang menghadiri upacara di Stadion Nasional Amahoro yang berkapasitas 45.000 orang di ibu kota, Kigali. Dalam sumpah jabatan, Mr Kagame berjanji untuk memelihara perdamaian dan kedaulatan nasional, serta untuk mengkonsolidasikan persatuan nasional. Dia juga berjanji untuk “tidak pernah menggunakan kekuasaan yang diberikan padanya untuk kepentingan pribadi”. “Jika saya gagal memenuhi sumpah ini, semoga saya tunduk pada hukum,” katanya. Mr Kagame telah menjadi kekuatan sebenarnya di Rwanda sejak pasukan pemberontaknya mengambil alih kekuasaan pada akhir genosida di mana sekitar 800.000 etnis Tutsi dan Hutu moderat dibantai, menggulingkan rezim genosida. Sejak itu, Rwanda relatif stabil, dengan Mr Kagame berusaha mengubah negara itu menjadi “Singapura Afrika”. Ibu kota merupakan salah satu kota terbersih di Afrika dan menjadi tuan rumah Liga Bola Basket Afrika, yang merupakan kemitraan dengan NBA. Kigali menjadi tuan rumah Pertemuan Kepala Pemerintahan Persemakmuran pada tahun 2022 dan bintang internasional seperti Kendrick Lamar telah mengadakan konser di sana. Mr Kagame sering mengkritik Barat, namun juga mencoba membangun aliansi, misalnya dengan Inggris atas kebijakan sekarang yang ditinggalkan untuk mendepak pencari suaka ke Rwanda, disepakati dengan pemerintah Konservatif sebelumnya. Meskipun kehidupan telah membaik di Rwanda, Mr Kagame dituduh merusak Demokratik Republik Kongo tetangga. Beberapa hari sebelum pemilu Juli, laporan PBB menyatakan bahwa ada sekitar 4.000 tentara Rwanda di Kongo Demokratik, di mana mereka dituduh mendukung kelompok pemberontak M23, yang memunculkan perselisihan sengit antara kedua negara. Di bawah Mr Kagame, tentara Rwanda telah dua kali menginvasi Kongo Demokratik, mengatakan bahwa mereka mengejar milisi Hutu yang terkait dengan genosida tahun 1994. La Artikel lainnya tentang Rwanda dari BBC: “. [Getty Images/BBC]”. Kunjungi BBCAfrica.com untuk berita lebih lanjut dari benua Afrika. Ikuti kami di Twitter @BBCAfrica, di Facebook di BBC Africa atau di Instagram di bbcafrica. Podcast BBC Africa.