Apa Gejala Long Covid yang Paling Umum pada Anak-anak dan Remaja?

Foto: Joerg Carstensen/dpa (Foto oleh Jörg Carstensen/picture alliance via Getty Images)

dpa/picture alliance via Getty Images

Gejala long Covid paling umum pada remaja adalah kehilangan indra penciuman atau pengecap, kelelahan, dan rasa sakit, menurut sebuah studi baru. Sedangkan pada anak-anak, gejala long Covid yang paling menetap adalah masalah pencernaan, nyeri, dan masalah neurokognitif seperti kesulitan dalam fokus pada tugas dan masalah tidur.

“Banyak pasien pediatrik dan remaja dengan long Covid memiliki gejala ini, dan mereka benar-benar menderita,” kata penulis senior Melissa Stockwell dalam siaran pers, yang merupakan seorang profesor di Vagelos College of Physicians and Surgeons dari Universitas Columbia dan Sekolah Kesehatan Masyarakat Mailman. “Mengetahui gejala mana yang kemungkinan menunjukkan bahwa seorang anak atau remaja mengalami long Covid akan membantu kami dalam penelitian bagaimana untuk membantu pasien pulih.”

Secara global, sekitar 65 juta orang hidup dengan long Covid, yang merupakan kondisi yang menghancurkan ditandai dengan berbagai gejala yang berlangsung lebih dari tiga bulan setelah pulih dari infeksi Covid-19. Sejak 2020, sebagian besar penelitian tentang long Covid secara umum difokuskan pada orang dewasa. Sejumlah penelitian yang mencoba menganalisis long Covid pada anak-anak sejauh ini entah fokus pada gejala-gajala individu atau fokus pada remaja. Hal ini bisa mengakibatkan klinisi mengabaikan gejala long Covid pada anak-anak dan remaja atau keliru dalam mendiagnosis kondisi ini.

“Menggunakan indeks sebagai dasar untuk penelitian yang akan datang akan membantu kami memahami long Covid pada anak-anak dan remaja, dan pada akhirnya mengembangkan alat diagnostik yang kuat untuk lebih mudah mengidentifikasi anak-anak dan remaja dengan kondisi tersebut,” Stockwell menambahkan dalam sebuah siaran pers.

Untuk menyelidiki bagaimana long Covid muncul pada anak-anak dan remaja, Stockwell dan tim merekrut 751 anak yang hasil tesnya positif Covid-19 dan 147 anak usia sekolah yang tidak terinfeksi. Dalam kelompok remaja, mereka juga melibatkan 3109 remaja terinfeksi dan 1369 remaja yang tidak terinfeksi.

“Secara keseluruhan, 45% anak usia sekolah terinfeksi (338/751) dan 33% yang tidak terinfeksi (48/147) serta 39% remaja terinfeksi (1219/3109) dan 27% yang tidak terinfeksi (372/1369) melaporkan memiliki setidaknya satu gejala yang berlangsung lama,” para peneliti mengamati.

Mereka menemukan bahwa mirip dengan orang dewasa, remaja dengan long Covid umumnya mengalami kehilangan indra penciuman atau pengecap tetapi anak usia sekolah tidak mengalami gejala long Covid tersebut.

Padahal kebanyakan orang mengira bahwa anak-anak tidak rentan terhadap infeksi Covid-19 dan gejala long Covid berikutnya, studi tahun 2024 mengungkapkan bahwa sekitar enam juta anak di Amerika Serikat hidup dengan long Covid.

Kemungkinan anak mengalami long Covid meningkat setelah mengalami infeksi Covid-19 yang berat. Otak kabur, yang dikenal sebagai salah satu gejala yang paling menghancurkan, memengaruhi hingga 44% anak dengan long Covid, menurut Journal of the American Medical Association.

Sebuah studi tahun 2023 yang diterbitkan di jurnal Clinical and Experimental Pediatrics melaporkan bahwa long Covid pada anak-anak terkait dengan prevalensi masalah kesehatan mental yang lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa.

“Long Covid adalah masalah kesehatan yang signifikan yang memengaruhi sejumlah besar anak. Ini bisa disebabkan oleh berbagai mekanisme, seperti respons imun, kerusakan jaringan, dan karena reservoir virus yang persisten. Evaluasi klinis yang tepat sangat penting untuk menyesuaikan perawatan. Penanganan anak-anak yang terpengaruh seharusnya mencakup kontrol gejala dan dukungan psikologis. Meskipun prognosis kasus-kasus ini pada umumnya baik, pemantauan prospek jangka panjang perlu dilakukan karena penyakit ini masih baru. Oleh karena itu, pedoman yang relevan untuk dukungan medis dan psikologis bagi anak-anak yang terpengaruh selama pandemi COVID-19 sangat diperlukan,” para penulis menyimpulkan.