Tentara Melancarkan Serangan Besar-besaran di Khartoum Menentang RSF – Indonesian

Pasukan Sudan telah meluncurkan serangan besar-besaran terhadap kelompok paramiliter yang kuat yang sedang mereka perangi dalam perang saudara negara itu, membidik daerah di ibu kota yang mereka hilangkan pada awal konflik.

Dalam serangan fajar pada hari Kamis, pasukan pemerintah mengebom pangkalan Pasukan Bantuan Cepat (RSF) di ibu kota Khartoum, dan Bahri di sebelah utara.

Sudan telah terlibat dalam perang sejak pasukan bersenjata dan RSF memulai perjuangan sengit untuk kekuasaan pada bulan April 2023, menyebabkan apa yang disebut PBB sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Hingga 150.000 orang telah tewas dalam konflik tersebut sementara lebih dari 10 juta orang – sekitar seperlima populasi – telah dipaksa meninggalkan rumah mereka.

Saksi melaporkan adanya bom udara yang intens dan pertempuran sengit pada hari Kamis saat pasukan bersenjata menyeberangi dua jembatan kunci di atas Sungai Nil – yang memisahkan daerah yang dikuasai pemerintah di Omdurman dari wilayah yang dikuasai oleh RSF.

Sejak awal perang, paramiliter telah mengendalikan hampir seluruh ibu kota.

Kemajuan Kamis tampaknya menjadi dorongan signifikan pertama pemerintah dalam bulan-bulan terakhir untuk mendapatkan kembali beberapa wilayah.

Serangan itu datang tepat sebelum kepala angkatan darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dijadwalkan untuk berbicara di Majelis Umum PBB di New York nanti pada hari Kamis.

PBB telah menyerukan tindakan “segera” untuk melindungi warga sipil dan mengakhiri pertempuran.

Banyak dari pertempuran terburuk dan paling intens terjadi di wilayah-wilayah yang padat penduduk. Kedua belah pihak saling menuduh membom daerah sipil secara sembarangan.

“Hostilitas tanpa henti di seluruh negeri telah membawa penderitaan kepada jutaan warga sipil, memicu krisis pengungsian yang paling cepat berkembang di dunia,” peringatkan PBB pada hari Rabu.

Nya bahwa separuh dari 10 juta orang yang telah melarikan diri dari rumah mereka adalah anak-anak, sementara setidaknya dua juta telah mencari perlindungan di negara-negara tetangga.(localStorage)

Itu juga menyebut Sudan “krisis kelaparan terbesar di dunia”. Ada ketakutan akan kelaparan meluas karena orang-orang belum bisa menanam tanaman.

Juga telah ada peringatan tentang kemungkinan genosida terhadap non-Arab di wilayah barat Darfur.

Wabah kolera juga sedang melanda seluruh negeri- lebih dari 430 orang telah meninggal akibat penyakit yang mudah diobati itu dalam sebulan terakhir, kata kementerian kesehatan pada Rabu.

Namun memberikan pengobatan ke daerah-d-aren yang terkena sangat rumit oleh konflik.