Duke Menutup Koleksi Tanaman Besar, Menimbulkan Kontroversi Ilmiah

Universitas Duke telah memutuskan untuk menutup herbariumnya, koleksi 825.000 spesimen tanaman, fungi, dan alga yang didirikan lebih dari satu abad yang lalu. Koleksi ini merupakan salah satu koleksi terbesar dan paling beragam di negara ini, yang telah membantu ilmuwan memetakan keragaman kehidupan tumbuhan dan mencatat dampak manusia terhadap lingkungan.

Keputusan universitas ini telah mengejutkan para peneliti. “Ini adalah pukulan yang sangat merusak bagi ilmu keanekaragaman hayati,” kata Erika Edwards, kurator Herbarium Yale. “Seluruh komunitas secara bersamaan terkejut dan marah.”

Masyarakat ilmiah juga telah memprotes langkah ini. “Keputusan Duke untuk menyerahkan tanggung jawabnya terhadap spesimen herbarium menetapkan preseden yang buruk,” tulis Aliansi Koleksi Ilmu Alam dalam surat yang ditujukan kepada universitas akhir pekan lalu.

Aliansi tersebut, bersama dengan enam masyarakat ilmiah lainnya, mendukung petisi yang meminta Duke untuk mempertimbangkan kembali penutupan herbarium. Hingga Rabu, petisi tersebut telah mendapatkan lebih dari 11.000 tanda tangan.

“Sangat mengejutkan bahwa koleksi besar seperti ini di universitas kaya bisa dianggap bisa dihapuskan,” kata Regina Baucom, ahli genetika tumbuhan di University of Michigan.

Dalam sebuah email yang dikirim pekan lalu kepada staf herbarium, Susan Alberts, dekan ilmu alam di Duke, mengatakan bahwa universitas telah memutuskan bahwa koleksi tersebut harus dipindahkan ke tempat lain dalam waktu dua hingga tiga tahun mendatang.

“Kami melihat ini sebagai tindakan yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa koleksi ini dipertahankan untuk masa depan di tempat yang dirancang untuk menyimpannya,” kata Alberts dalam wawancara dengan The Times.

Namun, hingga saat ini tidak ada tempat yang setuju untuk memberikan tempat bagi koleksi tersebut. “Tidak ada herbarium yang bisa menyerap sesuatu seperti ini,” kata Kathleen Pryer, direktur herbarium. “Saya sangat khawatir bahwa koleksi ini akan berakhir di gudang di suatu tempat dan dilupakan.”

Herbarium telah menjadi tonggak biologi selama berabad-abad. Ahli botani pulang dari ekspedisi dengan daun kering, bunga, batang, dan biji, yang kemudian disimpan untuk masa depan. Sebagian spesimen bahkan telah menjadi dasar penamaan spesies baru.

Namun, herbarium juga berharga karena mereka mencakup tanaman yang dikumpulkan selama rentang waktu yang panjang, membantu ilmuwan melacak dampak manusia terhadap lingkungan. Beberapa koleksi telah menunjukkan bahwa tanaman telah mengubah wilayahnya ketika planet ini menghangat, misalnya.

Koleksi ini semakin bermanfaat karena teknologi telah maju. Dengan sekuensing DNA yang ditingkatkan, para peneliti telah mulai mengekstraksi materi genetik dari spesimen tumbuhan kering, menangani pertanyaan ilmiah lama seperti asal-usul tanaman budidaya dunia.