Perbatasan Afrika Selatan Ditutup dengan Mozambik karena Kericuhan Pemilu

Afrika Selatan telah menutup salah satu perlintasan perbatasan tersibuknya dengan Mozambik menyusul protes keras pasca-pemilu di negara tetangga tersebut.

Protes tersebut telah menyebabkan bentrokan mematikan di beberapa kota menyusul pemilihan presiden yang disengketakan bulan lalu, dimenangkan oleh partai pemerintah Frelimo Mozambik.

Otoritas mengatakan ada laporan tentang kendaraan yang dibakar di sisi Mozambik dari pintu masuk pelabuhan Lebombo.

“Karena insiden keamanan ini dan demi kepentingan keselamatan publik, pelabuhan tersebut telah ditutup sementara hingga pemberitahuan lebih lanjut,” kata badan perbatasan Afrika Selatan.

Lebombo, salah satu dari empat pelabuhan darat tersibuk di selatan Afrika, berjarak sekitar 110 km dari ibu kota Mozambik Maputo, dan sekitar 440 km dari ibu kota Afrika Selatan Pretoria.

Para pelancong telah disarankan untuk menggunakan titik penyeberangan alternatif antara kedua negara.

Kekerasan telah menyebar ke Ressano Garcia, sebuah area kecil di Provinsi Maputo, dekat Lebombo, kata Michael Masiapato, komisioner Otoritas Pengelolaan Perbatasan Afrika Selatan (BMA).

Mr. Masiapato mengatakan sisi Afrika Selatan tidak terpengaruh, tetapi tindakan keamanan perlu diambil.

“Beberapa bangunan telah dibakar. Saat ini kami sedang melakukan langkah-langkah untuk mengamankan perbatasan Lebombo serta keselamatan para pelancong,” kata dia dalam sebuah pernyataan.

“Perbatasan akan ditutup untuk menjamin keselamatan para pelancong.”

Laporan mengatakan para pengunjuk rasa di sisi Mozambik dari perbatasan telah membakar kantor imigrasi di negara tersebut.

Tujuh pejabat Mozambik telah meminta suaka di sisi Afrika Selatan untuk keselamatan dan perlindungan, kata otoritas.

Pejabat BMA, kepolisian Afrika Selatan, dan tentara telah terlibat untuk menghentikan protes agar tidak meluas ke negara tersebut.

Protes dimulai pada akhir Oktober di Maputo setelah Daniel Chapo, kandidat Frelimo, secara resmi dinyatakan sebagai pemenang dengan lebih dari 71% suara.

Pemimpin oposisi Venâncio Mondlane, yang menduduki posisi kedua dengan 20% suara, bersembunyi sebelum hasil diumumkan, dengan alasan takut ia akan dibunuh.

Protes telah menyebabkan bentrokan kekerasan dengan polisi dan setidaknya 18 orang tewas, menurut Human Rights Watch.

Internet dan media sosial juga dibatasi.

Mogok umum yang dipanggil oleh Mondlane terus berlanjut, meskipun panggilan perdana menteri agar orang kembali bekerja.

Pada hari Selasa, Menteri Pertahanan Cristovao Chume mengancam akan mendeploy tentara menjelang protes nasional yang dijadwalkan untuk Kamis.

Chume mengatakan protes pasca-pemilu tersebut bertujuan “untuk mengubah kekuasaan yang ditetapkan secara demokratis”.

Tinggalkan komentar