Di Filipina, kata Tagalog "pamamalo" merujuk pada hukuman fisik terhadap anak-anak.
Pengeluaran agresif ini, yang biasanya melibatkan pemukulan anak dengan tangan atau menggunakan benda-benda rumah tangga, diyakini secara luas sebagai bentuk disiplin yang efektif.
Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa hukuman fisik tidak efektif dan berbahaya, malah menyebabkan rasa sakit, kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan trauma. Ini bisa membuat anak-anak menjadi kebal terhadap kekerasan dan merusak hubungan keluarga, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Meskipun pendekatan positif dalam pendidikan anak yang dipromosikan oleh pemerintah dan advokat hak anak di seluruh negeri, serta komitmen pada tahun 2012 kepada masyarakat internasional untuk melarang hukuman fisik, praktik pamamalo tetap ada di rumah tangga Filipina.
Menurut Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), sekitar 20 juta, atau 59 persen dari 33,4 juta anak berusia satu hingga 14 tahun, telah mengalami bentuk hukuman fisik di Filipina dalam sebulan terakhir. Secara global, satu dari empat ibu dan pengasuh utama menganggap hukuman fisik "diperlukan untuk mendidik anak dengan benar," temuan UNICEF menemukan.
Biasanya, di rumah tangga Filipina, ibu-ibu mengurus anak-anak mereka. Banyak ibu sendiri mengalami kekerasan saat masih anak-anak, sementara kesulitan keuangan, masalah kesehatan mental, dan kekerasan domestik dapat menjadi tantangan dalam mendidik anak. Dukungan dan bimbingan orang tua penting bagi anak-anak, serta menciptakan rumah yang aman yang memainkan peran penting dalam perkembangan anak dan yang seharusnya menjadi tempat perlindungan pertama dari segala bentuk kekerasan.
Esai foto saya untuk Proyek Fotografi Aman yang dijalankan oleh agensi pemuda global Restless Development, merupakan bagian dari kampanye global dan konferensi menteri untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak. Ini dipamerkan di konferensi, yang berlangsung di Bogota, Kolombia pada tanggal 7 dan 8 November, sebagai salah satu dari 10 esai oleh para pemuda dari berbagai negara yang mengeksplorasi apa arti "aman" bagi anak-anak di berbagai komunitas.
Di Filipina, saya memilih untuk melihat apa yang "aman" artinya melalui tema pamamalo dan rumah. Esai saya bertujuan untuk memahami bagaimana masyarakat lokal dapat menciptakan rumah tangga yang aman.
Di komunitas Barangay Hagonoy, sebuah wilayah yang padat penduduk di Kota Taguig, yang memiliki populasi hampir 900.000 orang, saya mendokumentasikan tiga ibu yang terlibat dalam percakapan terbuka tentang tradisi pamamalo. Esai foto saya menjelajahi pengalaman hidup masing-masing ibu dengan pamamalo, keinginan mereka untuk memutus siklus itu, dan pencarian mereka untuk pendekatan yang lebih positif dalam mendidik anak.
Nama telah diubah dalam esai foto ini