Video grafis dari Swedia yang salah dibagikan sebagai ‘polisi Israel memukuli anak Palestina’

Video yang dibagikan dengan klaim palsu terus membanjiri media sosial saat perang di Gaza memasuki tahun kedua, dipicu oleh serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober 2023, yang direspons oleh Israel dengan serangan berdarah di wilayah Palestina. Posting terbaru yang mengutuk Israel secara berulang kali dibagikan di seluruh dunia bersama video grafis dan klaim palsu bahwa mereka menunjukkan seorang petugas polisi Israel yang mencekik seorang anak Palestina. Faktanya, klip yang beredar tersebut sebelum perang Israel-Hamas dan menunjukkan insiden di Swedia pada tahun 2015. Peringatan: video grafis

“Pada Sabtu, seorang petugas polisi Israel duduk di tubuh seorang anak Palestina dan mencekikknya selama protes terhadap kedubes AS di Yerusalem. Anak tersebut tersedak dan akhirnya meninggal,” demikian sebagian dari keterangan dalam bahasa Thailand untuk video yang dibagikan di Facebook pada 11 November 2024.

Video tersebut menunjukkan seorang pria dengan rompi kuning neon menekan wajah seorang anak ke tanah.

Anak itu terlihat mengangkat jari telunjuknya dan membaca syahadat Islam yang profesinya percaya kepada Allah dan mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Tuhan.

Screenshot dari unggahan palsu Facebook, diambil pada 13 November 2024

Unggahan muncul sementara perang di Gaza terus berlangsung, dipicu oleh serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang mengakibatkan 1.206 kematian, kebanyakan warga sipil, menurut perhitungan AFP dari data resmi Israel (tautan terarsipkan).

Para militan juga mengambil 251 sandera ke Jalur Gaza. Beberapa sudah tewas. Dari mereka, 97 masih ditawan, sementara 34 sudah dikonfirmasi meninggal namun jenazahnya masih berada di Gaza.

Kampanye balas dendam Israel telah menewaskan lebih dari 43.700 orang di Gaza, menurut data dari kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas tersebut. PBB menganggap angka tersebut dapat dipercaya.

Video tersebut juga dibagikan dengan klaim palsu yang serupa oleh pengguna media sosial dari Bangladesh, India, Malaysia, Pakistan, Australia dan Rumania.

Komentar menunjukkan banyak pengguna percaya pada unggahan tersebut.

“Saya tidak tahan lagi dengan apa yang dilakukan Israel kepada saudara-saudara Palestina kita,” tulis salah satu pengguna.

“Lihatlah tindakan bangsa Zionis yang paling jahat terhadap anak-anak Palestina,” kata yang lain.

Telah sering terjadi protes di Israel setelah pecahnya perang di Gaza, karena warga Israel menekan pemerintah mereka untuk melakukan lebih banyak untuk memastikan pembebasan para tahanan.

Namun, AFP tidak menemukan laporan resmi tentang seorang anak Palestina yang tewas oleh seorang petugas polisi Israel selama protes di dekat kedubes AS di Yerusalem.

Selain itu, video tersebut tidak terkait dengan konflik Israel-Palestina dan sudah dibantah sebelumnya oleh AFP setelah disebarkan dengan klaim palsu pada tahun 2019 dan 2023.

Rekaman Swedia

Pencarian gambar mundur di Google menggunakan salah satu keyframe video menemukan bahwa sebenarnya video tersebut difilmkan di Swedia.

Versi yang lebih berkualitas dari klip tersebut sebelumnya diterbitkan di YouTube oleh surat kabar Swedia Sydsvenskan pada 9 Februari 2015 (tautan terarsipkan).

Judul bahasa Swedia-nya diterjemahkan sebagai: “Penjaga menekan kepala anak berusia sembilan tahun ke tanah.”

Surat kabar yang sama juga melaporkan insiden tersebut pada hari yang sama (tautan terarsipkan).

Berikut adalah perbandingan tangkapan layar antara unggahan palsu (kiri) dan video YouTube Sydsvenskan dari tahun 2015 (kanan):

Perbandingan tangkapan layar antara unggahan palsu (kiri) dan video YouTube Sydsvenskan yang diterbitkan pada tahun 2015 (kanan)

Seorang jurnalis AFP yang lancar berbahasa Swedia menganalisis video dari Sydsvenskan dan menemukan para penonton bisa terdengar berbicara dalam bahasa Swedia “Itu anak kecil” dan “Berapa umurnya?”

Di awal video, penjaga keamanan terlihat mengenakan rompi kuning neon dengan kata-kata Swedia “Ordnings Vakt” atau “wakil layanan publik” di bagian depan dan belakang. Seragam tersebut biasanya dikenakan oleh petugas keamanan yang membantu polisi Swedia.

Berikut adalah tangkapan layar dari video YouTube dengan kata-kata yang di-highlight oleh AFP:

Tangkapan layar dari video YouTube dengan elemen-elemen yang di-highlight oleh AFP

Anak Maroko

AFP juga menghubungi Jens Mikkelsen, salah satu jurnalis yang melaporkan insiden tersebut untuk surat kabar Sydsvenskan.

Dalam surel pada 3 November 2023, Mikkelsen mengonfirmasi bahwa video tersebut berasal dari insiden yang dia tulis ceritanya dan mengatakan insiden tersebut terjadi di kota Malmö, Swedia.

“Ya, itu adalah anak yang saya tulis beberapa cerita tentangnya,” kata Mikkelsen kepada AFP.

Mikkelsen menyebut anak tersebut sebagai Amin dan bahwa dia lahir dan dibesarkan dalam kemiskinan ekstrem di Maroko sebelum dia melarikan diri dari rumah saat berusia 12 tahun dan berakhir di Melilla, sebuah enklaf Spanyol di pantai utara Maroko.

“Ia menghabiskan beberapa bulan setiap malam mencoba naik feri ke Spanyol hingga akhirnya berhasil. Bersama teman-temannya, ia melakukan perjalanan dengan kereta dan bus, lalu menumpangi mobil di Swedia,” kata Mikkelsen.

Seorang jurnalis lain, Katia Wagner, yang menerbitkan sebuah buku tentang Amin dan anak-anak laki-laki Maroko lainnya yang tinggal di jalanan Stockholm, juga meninjau video tersebut.

Wagner mengatakan kepada AFP dalam sebuah surel pada 6 November 2023: “Itu pasti ‘Amin’ dalam video itu. Saya bertemu dengannya setelah insiden di Malmö, ketika dia berada di sebuah tempat perlindungan, dan saya tetap berhubungan dengannya untuk sementara waktu.”

AFP menghubungi Layanan Sosial Swedia dan Badan Migrasi untuk informasi tentang anak tersebut namun belum menerima tanggapan.

Insiden tersebut juga dilaporkan oleh outlet France24 pada 11 Februari 2015 yang mengatakan bahwa dua penjaga keamanan swasta sedang diselidiki oleh polisi setelah insiden tersebut.

Menurut laporan dari situs berita The Local Sweden, kedua penjaga tidak dihadapkan pada tuduhan.

AFP telah berkali-kali membantah informasi yang terkait dengan konflik Israel-Palestina.

Tinggalkan komentar