Mengapa Saya Ingin Menangkap Pemimpin Militer Myanmar | Close Up | Al Jazeera

Seorang guru yang beralih jadi pemberontak bergabung dengan pasukan pejuang rakyat untuk merebut kembali Myanmar dari kekuasaan militer.

Zike Maung tak pernah membayangkan menukar ruang kelasnya dengan garis depan pemberontakan. Tapi saat militer Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintahan yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi pada Februari 2021, dunianya – dan negaranya – menjadi kacau balau.

Saat ini, Zike Maung tengah berlatih untuk menjadi seorang polisi di Pasukan Pertahanan Rakyat (PPR) di antara suku Zo di Provinsi Chin, dekat perbatasan barat Myanmar dengan India. PPR adalah jaringan kelompok perlawanan yang memerangi demi demokrasi melawan kekuasaan militer. “Di masa revolusi, saya ingin berada di tempat yang bisa saya bantu. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kebebasan kita adalah dengan berjuang untuk itu,” katanya, menggambarkan sebuah negara yang berada di ambang keruntuhan, dengan puluhan ribu tewas dan jutaan terlantar.

Bagi Zike Maung, perlawanan ini bukan hanya tentang kemenangan taktis – ini tentang kembali ke rumah. “Saya meletakkan kepercayaan saya pada revolusi ini,” katanya. Pelatihan, disiplin, dan tujuan bersama semua mengarah pada satu hal: harapan. Harapan untuk sebuah Myanmar yang bebas, demokratis, dan diperintah oleh rakyatnya – bukan oleh kekuasaan militer yang menakutkan.

Kredit:

Sutradara/Produser: Ivan Ogilvie

Produser Tambahan: Antonia Perello

Penulis: Ivan Ogilvie, Antonia Perello

Editor: Ivan Ogilvie, Antonia Perello

Spesialis Warna: Catherine Hallinan

Pencampur Suara: Linus Bergman

Editor Senior: Donald Cameron

 

Tinggalkan komentar