Tony Blair udah ngingetin Keir Starmer buat ngacuhin “jeritan” platform media sosial pas jadi perdana menteri, bilang kalo terus-terusan baca kritikan yang pasti bakal turun bak hujan bisa bikin masalah psikologis.
“Kamu tau, kalau mulai scroll media sosial yang ngejek kamu, pasti bakal bikin kepalamu pusing,” ujar Blair dalam wawancara sama komentator politik utama Observer, Andrew Rawnsley, tentang bukunya yang baru, On Leadership, Lessons for the 21st century.
Di satu bagian dari buku itu, Blair, yang dulunya punya rating kepuasan tinggi di awal kepemimpinannya sampai akhirnya berhadapan dengan protes massal di jalan karena perang Irak, ngomongin bagaimana cara ngadepin kritik dan serangan terus-menerus. “JANGAN BACA ITU!” itu saran dari dia.
Ketika Rawnsley nyebutin kalo penting bagi pemimpin buat tau apa yang dipikirkan pemilih tentang mereka, meskipun tidak enak, Blair nambahin: “Tentu saja. Dan, oh ya, ga ada pemimpin yang ga sadar sama pendapat publik, dan kamu harus dengerin kritik yang masuk akal.
“Tapi yang gue maksud tuh, kalau ga hati-hati, kamu bisa benar-benar kehilangan kendali secara psikologis sama para kritikus. Dan kamu ga boleh ngizinin itu terjadi, kamu harus tetep jalan, kamu harus ngerti kalo itu udah jadi bagian dari teritori.”
Blair, yang dulunya ragu-ragu banget sama kesempatan Starmer buat nyampe ke Downing Street, banyak memuji pencapaian PM baru itu dalam ngambil kembali kekuasaan setelah 14 tahun di luar pemerintahan.
“Gue pikir berhasilnya itu besar, tapi gue harus bilang dia berhasil. Dan salah satu hal terbaik yang dia lakukan, ngomongin balik, itu kualitas para kandidat yang masuk. Gue kenal cukup banyak anggota DPR muda yang baru itu, dan mereka bagus, mereka bener-bener bagus,” ujar Blair.
Secara khusus, mantan pemimpin Partai Buruh, yang menjabat sebagai perdana menteri dari 1997 sampai 2007, memuji cara Starmer ngadepin kerusuhan sayap kanan jauh belakangan di jalan-jalan Britania: “Gue pikir Keir ngadepinnya sebaik yang bisa dilakukan. Gue kasih dia poin penuh untuk itu. Tentu aja susah, tapi dia milih tindakan keras dan itu berakhir.”
Blair bilang, kunci keberhasilan atau kegagalan PM baru itu bakal diukur dari seberapa sering pemerintahnya memenuhi harapan pemilih. “Selalu aja hal yang sama,” ujarnya. “Tantangan demokrasi itu efektivitasnya. Alasan munculnya populisme semuanya tentang orang-orang yang ga percaya pemerintah memenuhi harapan mereka.”
Dengan Starmer udah memperingatkan tentang “keputusan sulit” yang harus diambil pemerintahannya buat perbaiki kerusakan ekonomi dan sosial yang ditinggalkan oleh Tory, Blair bilang dalam bukunya kalau penting ga boleh ditunda keputusan-keputusan sulit itu. “Kalo dipikir-pikir, gue bakal reformasi lebih cepat, lebih awal,” kata dia ke Rawnsley.