Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang mengutuk hubungan ‘berbahaya’ antara Rusia dan Korea Utara | Berita Perang Rusia-Ukraina

Para pemimpin Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang mengadakan konferensi pers bersama untuk mengecam kerjasama militer yang semakin meningkat antara Korea Utara dan Rusia.

Dilaksanakan di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Lima, Peru, konferensi ini juga menjadi perpisahan bagi Presiden AS yang akan segera pensiun, Joe Biden, yang akan meninggalkan jabatannya pada tahun 2025.

“Kita kini telah mencapai momen perubahan politik yang signifikan,” ujar Biden kepada wartawan pada hari Jumat. Ia membanggakan hubungan antara AS, Korea Selatan, dan Jepang sebagai bagian utama dari warisannya.

“Ini kemungkinan merupakan pertemuan tiga pihak terakhir saya dengan kelompok penting ini, namun saya bangga telah membantu membangun kemitraan ini, dan saya yakin kemitraan ini akan bertahan. Itulah harapan dan ekspektasi saya.”

Biden akan digantikan oleh Presiden terpilih Donald Trump mulai bulan Januari, seorang Republik yang memperjuangkan kebijakan luar negeri “America First”.

Perubahan politik yang sedang berlangsung tersebut mungkin akan kritis saat Jepang, Korea Selatan, dan AS bekerjasama dalam upaya mereka untuk menahan ancaman nuklir yang mereka lihat dari Korea Utara, yang juga dikenal sebagai Republik Rakyat Demokratik (DPRK).

Pekan ini, Korea Utara menandatangani perjanjian militer dengan kekuatan nuklir lainnya, Rusia, untuk memperkuat pertempuran terakhir di Ukraina.

Perjanjian tersebut mencakup pakta pertahanan bersama, dan sudah hingga 10.000 pasukan Korea Utara dilaporkan telah dikirim ke perbatasan Rusia dengan Ukraina.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menghadiri KTT APEC di Lima, Peru, pada 15 November [Leah Millis/Reuters]

Biden menekankan pada hari Jumat bahwa aliansi AS dengan Jepang dan Korea Selatan akan sangat penting dalam “menanggulangi kerjasama yang berbahaya dan membingungkan antara Korea Utara dan Rusia”.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol juga mencerminkan sentimen tersebut, dengan mengutip kehadiran yang semakin meningkat dari pasukan Korea Utara di luar negeri.

“Seperti yang kita lihat dari penempatan pasukan DPRK ke Rusia baru-baru ini, lingkungan keamanan yang menantang di dalam dan di luar kawasan sekali lagi mengingatkan kita pada pentingnya kerjasama tiga pihak kita,” ujar Yoon.

Dia dan Biden juga didampingi oleh Perdana Menteri Jepang Ishiba Shigeru, yang mulai menjabat pada bulan Oktober.

Shigeru telah vokal dalam mendorong hubungan yang lebih seimbang antara negaranya dan AS, termasuk dalam usulan pengelolaan bersama pangkalan militer Amerika di Jepang.

Para pemimpin dari ketiga negara tersebut pertama kali bertemu dalam format independen tahun lalu, pada bulan Agustus 2023.

Pada hari Jumat, Yoon menyatakan harapan agar para pemimpin dapat terus bertemu setiap tahun, untuk memperkuat hubungan mereka.

Konferensi pers para pemimpin itu bersamaan dengan pernyataan bersama dengan nada yang tegas, di mana ketiga negara tersebut menegaskan komitmen mereka terhadap “hak inheren Ukraina untuk bela diri”.

“Jepang, ROK [Korea Selatan] dan Amerika Serikat dengan tegas mengutuk keputusan pemimpin Korea Utara dan Rusia untuk mengembangkan perang agresi Rusia terhadap Ukraina,” bunyi pernyataan itu.

“Kerjasama militer yang semakin dalam antara Korea Utara dan Rusia, termasuk transfer amunisi dan peluru kendali, sangatlah merugikan mengingat status Rusia sebagai Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB.”

Tinggalkan komentar