Amerika Serikat Mengirim Bantuan Lebih Banyak ke Gaza, Mengirimkan 36.800 Makanan

Amerika Serikat melakukan putaran kedua airdrop bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza pada hari Selasa, saat pemerintahan Biden terus berupaya mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar di wilayah Palestina tersebut. Pesawat kargo Angkatan Udara AS menjatuhkan 36.800 paket makanan siap makan, dalam sebuah operasi bersama dengan Angkatan Udara Yordania, “untuk memberikan bantuan penting kepada warga sipil yang terkena dampak konflik yang sedang berlangsung,” kata Komando Pusat AS dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa. Operasi tersebut mengikuti putaran pertama airdrops pada hari Sabtu, dua hari setelah lebih dari 100 warga Palestina tewas ketika pasukan Israel membuka tembakan di sekitar konvoi truk bantuan di Gaza utara. Para ahli bantuan dan kelompok kemanusiaan telah mengkritik airdrops Amerika sebagai tidak memadai dan sebagian besar bersifat simbolis, mengingat besarnya masalah kelaparan yang dihadapi Gaza setelah lima bulan perang. Pesawat kargo hanya dapat mengangkut sebagian kecil makanan yang dapat disampaikan konvoi truk, kata para ahli, dan solusi yang lebih baik adalah Amerika Serikat meminta Israel untuk membuka lebih banyak pintu lintas batas dan mempercepat pemeriksaan. Setelah pembunuhan konvoi, Presiden Biden mengatakan Amerika Serikat akan mencari cara baru untuk memberikan bantuan kepada warga Palestina yang membutuhkan karena kampanye militer Israel selama lima bulan untuk menghancurkan Hamas. Hanya sedikit bantuan yang mencapai Gaza utara melalui darat, tetapi kelompok bantuan telah mengkritik airdrops sebagai tidak efektif. Jumlah bantuan yang disampaikan oleh pesawat Prancis dalam airdrop pekan lalu jauh lebih sedikit dari satu truk. Meskipun frustrasinya terhadap kepemimpinan politik Israel, Presiden Biden tidak mengancam untuk memberlakukan batasan pada bantuan militer Amerika ke negara tersebut. Meskipun desakan politik untuk memberikan bantuan melonjak, pasokan makanan, air, dan obat-obatan di sana tetap besar. Kondisi tersebut membuat Presiden Biden berada di bawah tekanan politik untuk melakukan lebih banyak untuk membantu warga Palestina, meskipun Amerika Serikat memasok Israel dengan peralatan militer.