Di tahun yang akan datang, penggunaan biometrik — identifikasi fisik unik seseorang, seperti sidik jari dan wajah — akan diperluas di bandara-bandara di Amerika Serikat maupun di luar negeri, sebagai langkah untuk meningkatkan keamanan, menggantikan identifikasi fisik seperti paspor dan SIM, serta mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh para traveler untuk melewati bandara. Teknologi biometrik akan tampak di mana-mana mulai dari proses penurunan bagasi di meja check-in hingga pemeriksaan keamanan dalam negeri.
Di Amerika Serikat, Administrasi Keamanan Transportasi tengah memperluas programnya yang memungkinkan penumpang untuk memilih skrining keamanan berdasarkan pencocokan pengenalan wajah dengan identifikasi fisik mereka — foto yang diambil secara real time dibandingkan dengan pemindaian SIM atau paspor dan membantu petugas T.S.A. dalam memverifikasi identitas seorang traveler. Program ini saat ini tersedia di 30 bandara di seluruh negeri, termasuk Bandara Internasional Salt Lake City dan Bandara Internasional Denver; T.S.A. mengatakan akan diperluas ke lebih dari 400 bandara dalam beberapa tahun mendatang.
Traveler T.S.A. PreCheck yang terbang dengan Delta Air Lines bahkan mungkin tidak perlu menunjukkan identifikasi mereka sama sekali selama penurunan bagasi dan pemeriksaan keamanan, jika mereka memilih program identifikasi digital Delta.
Program ini, yang membandingkan foto yang diambil di bandara dengan yang ada dalam database traveler terpercaya (yang disusun oleh Badan Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai AS), membutuhkan sekitar 40 detik, kata Greg Forbes, direktur manajemen pengalaman bandara Delta. Program uji coba ini kini tersedia di lima bandara, termasuk Bandara La Guardia dan Bandara Internasional Los Angeles.
Di tingkat internasional, Bandara Changi Singapura berencana untuk mengadopsi teknologi pengenalan wajah untuk penumpang yang berangkat, tidak lagi memerlukan mereka untuk menunjukkan paspor mereka.
Neville Pattinson, kepala pengembangan bisnis untuk biometrik Thales di Amerika Utara, mengatakan para traveler akan mulai semakin familiar dengan penggunaan biometrik.
“Kami melihat bahwa interaksi yang diperlukan oleh traveler semakin berkurang, membuatnya lebih sedikit stres dan lebih seamless,” kata Bapak Pattinson. “Kami melihat bahwa biometrik benar-benar membantu industri travel dalam menghadapi peningkatan jumlah traveler dan kebutuhan untuk benar-benar memproses orang dengan lebih cepat.”