Amerika Serikat dan Irak pada Jumat mengumumkan kesepakatan untuk mengakhiri keberadaan militer koalisi anti-ISIS di Irak selama dua tahun mendatang, langkah yang dapat mengakibatkan pengurangan dari 2.500 tentara Amerika yang masih berada di Irak dan mempertahankan 900 tentara di Suriah bagian timur laut. Para pejabat AS menekankan bahwa kesepakatan tersebut tidak berarti AS melakukan penarikan tentara dari Irak tetapi transisi ke hubungan militer AS-Irak yang baru terpisah dari koalisi yang telah berlangsung selama satu dekade. Dalam pernyataan bersama, kedua negara tersebut menetapkan jadwal di mana keberadaan militer koalisi di Irak akan berakhir paling lambat pada akhir September 2025 saat Irak beralih ke hubungan keamanan bilateral yang “mendukung pasukan Irak dan menjaga tekanan terhadap ISIS.” Di bawah kesepakatan tersebut, Irak akan memperbolehkan keberadaan militer AS di Irak guna memberikan dukungan bagi 900 tentara AS yang ditempatkan di Suriah bagian timur laut untuk mencegah kemunculan kembali ISIS. Penarikan tentara Amerika di Irak telah menjadi perhatian utama bagi pemerintah Perdana Menteri Irak Mohammed al-Sudani yang selalu mendapat tekanan dari kelompok-kelompok yang didukung Iran yang menentang keberadaan mereka. Selama setahun terakhir, kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran telah melancarkan lebih dari 170 serangan roket dan dron terhadap pangkalan militer AS di Irak dan Suriah. Pada awal tahun ini, Presiden Joe Biden dan al-Sudani membentuk proses negosiasi antara kedua negara untuk menciptakan hubungan militer masa depan yang dapat mengarah pada pengurangan keberadaan tentara AS di Irak. “Irak berterima kasih kepada Koalisi atas dukungan yang diberikan kepada pasukan keamanan Irak untuk menghadapi ancaman bersama ini dan mengamankan kekalahan ISIS di wilayah Irak,” kata pernyataan tersebut. “Di garis depan negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, yang berdiri bersama Irak dalam keadaan sulit.” Kesepakatan tersebut tidak memuat rincian mengenai berapa banyak dari 2.500 tentara AS yang akan ditarik kembali, laju penarikan, atau pangkalan mana yang akan tetap digunakan dalam dua tahun mendatang. “AS tidak akan menarik diri dari Irak,” kata Sabrina Singh, wakil sekretaris pers Pentagon kepada wartawan pada hari Jumat dalam konferensi pers terpisah. “Jejak langkah kita akan berubah di dalam negara ini.” Sebelum pengumuman, pejabat AS menekankan bahwa kesepakatan tersebut bukan penarikan tentara AS tetapi transisi dari keberadaan militer koalisi yang didirikan pada 2014 saat ISIS melanda Suriah dan menyebar ke Irak hingga sejauh 40 mil dari Baghdad. “Saya hanya ingin menegaskan bahwa ini bukan penarikan, ini adalah transisi,” kata seorang pejabat senior. “Ini transisi dari misi militer koalisi menjadi hubungan keamanan bilateral AS-Irak yang diperluas,” sambung pejabat tersebut. “Anggota-anggota koalisi yang ingin tetap dan melanjutkan pembicaraan mengenai hubungan keamanan itu sepenuhnya terserah mereka.” Pejabat-pejabat menekankan bahwa pembahasan mengenai peran dan ukuran keberadaan masa depan tentara AS di Irak akan menjadi topik pembicaraan AS-Irak selanjutnya. Bagaimana transisi tersebut akan berlangsung akan ditentukan oleh percakapan yang sedang berjalan dengan pemerintah Irak mengenai hal-hal seperti “bagaimana situasi dengan ISIS, bagaimana lingkungan kerja kami, dan apa saja kemampuannya,” kata pejabat senior itu. Koalisi anti-ISIS dari 87 negara akan terus ada untuk mencegah kemunculan kembali ISIS tetapi tidak akan lagi memiliki keberadaan militer di Irak. Beberapa negara dengan pasukan di Irak telah mendesak adanya kesepakatan untuk mengakhiri misi tersebut.