Bakteri Usus Bayi Membuat Serotonin untuk Membangun Sistem Kekebalan yang Kuat

Sebuah studi baru mengungkap bahwa sebuah jenis bakteri baik tertentu menghuni usus bayi yang baru lahir dan menghasilkan neurotransmitter serotonin (yang dikenal sebagai hormon bahagia). Neutransmiter serotonin tersebut mengajari sel-sel kekebalan usus bahwa makanan umum seperti kacang-kacangan tidak berbahaya dan juga bagaimana untuk hidup berdampingan secara damai dengan mikroba usus yang bermanfaat.

Dalam siaran pers, penulis senior studi ini, Dr. Melody Zeng, seorang asisten profesor imunologi di Weill Cornell Medicine mengatakan, “Usus kini dikenal sebagai otak kedua manusia karena lebih dari 90% neurotransmitter dalam tubuh manusia dihasilkan di sana. Sementara neurotransmitter seperti serotonin lebih dikenal karena perannya dalam kesehatan otak, reseptor untuk neurotransmitter tersebut terdapat di seluruh tubuh manusia.”

Studi sebelumnya telah mengidentifikasi serotonin sebagai neurotransmitter penting yang tidak hanya mengontrol regulasi mood tetapi juga pergerakan makanan dalam sistem pencernaan. Tingkat serotonin yang tinggi telah dikaitkan dengan kambuhnya penyakit radang usus seperti penyakit Crohn. Namun, sebagian besar studi tersebut dilakukan pada hewan dewasa dan para peneliti masih meragukan apakah ada hubungan langsung antara serotonin dan sel kekebalan usus.

Untuk menyelidiki lebih lanjut, mereka mempelajari usus kecil mencit yang baru lahir dan neurotransmitter mana yang dihasilkan di dalam usus. Mereka kemudian mengidentifikasi populasi mikroba yang berbeda di usus kecil mencit yang baru lahir yang dikenal sebagai Lactobacillus dan Lactobacillus murinus. Spesies bakteri ini jauh lebih melimpah pada mencit yang baru lahir dibandingkan dengan yang dewasa. Mereka juga memainkan peran penting dalam membentuk sistem kekebalan bayi dengan menghasilkan neurotransmitter seperti serotonin.

“Sejauh ini, hampir semua studi tentang neurotransmitter usus dilakukan pada hewan dewasa atau subyek manusia, di mana tipe sel usus tertentu yang disebut sel enterochromaffin menghasilkan neurotransmitter,” jelas Dr. Zeng. “Namun, kami menemukan bahwa hal ini tidak berlaku di usus bayi yang sebagian besar serotonin dihasilkan oleh bakteri yang lebih melimpah dalam usus neonatal.”

Zeng dan tim berhasil membuktikan bahwa proses serupa terjadi pada bayi manusia yang baru lahir juga. Para peneliti menganalisis sampel tinja bayi manusia, berkat sebuah biobank yang dibuat oleh laboratorium Zeng bekerja sama dengan Rumah Sakit NewYork-Presbyterian Alexandra Cohen for Women and Newborns.

Temuan mereka menyoroti bahwa sebelum usus manusia berkembang untuk dapat menghasilkan neurotransmitter sendiri, bakteri-bakteri tertentu turun tangan untuk memainkan peran penting dalam menyediakan neurotransmitter penting seperti serotonin yang diperlukan untuk perkembangan awal sistem kekebalan tubuh.