Ilmuwan menggunakan mesin kelereng yang diisi dengan mainan untuk menguji bagaimana balita belajar ketika mereka mengira sesuatu itu tidak mungkin atau hanya tidak mungkin. Menurut laporan tim di jurnal PNAS, “malahan” balita bisa membedakan antara kejadian yang tidak mungkin dengan yang terlihat tidak mungkin. Lisa Feigenson, seorang profesor di Johns Hopkins University dan salah satu penulis studi tersebut, menyatakan bahwa anak-anak pada usia tersebut jauh lebih mungkin untuk mengingat kejadian yang tak terbayangkan bagi mereka.efeigenson dan Aimee Stahl dari The College of New Jersey melakukan eksperimen yang melibatkan 335 balita berusia 2 dan 3 tahun. Mereka ingin mengetahui bagaimana anak-anak kecil memikirkan kemungkinan. Tantangan pertama mereka adalah membangkitkan minat anak-anak yang masih kecil itu, jadi para ilmuwan merancang mesin kelereng khusus yang diisi dengan mainan.
“Ternyata, kesempatan untuk memasukkan koin ke mesin dan mendapatkan hadiah sangat alami memberi motivasi pada anak-anak,” ujar Feigenson. Ketika seorang balita mendapatkan mainan dari mesin itu, para ilmuwan memberitahu mereka bahwa mainan itu memiliki nama palsu: blick. Kemudian, mereka diminta untuk menunjukkan blick dalam barisan mainan. Saat balita mengetahui mesin yang transparan berisi blick, mereka tidak terkejut dengan hadiah mereka dan biasanya lupa nama mainannya. Ini terjadi bahkan ketika mesin hanya berisi satu atau dua benda blick di antara banyak mainan lain. Namun, balita menanggapi dengan sangat berbeda ketika mereka mendapatkan blick dari mesin yang terlihat tidak mengandung satupun, sebuah kejadian yang tampaknya mustahil. Seringkali, “mata anak-anak melebar, dan mulut mereka terbelalak, dan mereka melihat ibu mereka dengan kejutan bahwa ini telah terjadi,” ujar Feigenson. Selain itu, ketika balita mengalami hasil yang benar-benar tak terduga ini, mereka biasanya ingat nama blick. “Ada dorongan pembelajaran yang sangat besar bagi anak-anak yang telah melihat kejadian ‘tidak mungkin’ ini,” ungkap Feigenson.