Bertien van Manen, seorang fotografer asal Belanda yang menggunakan kamera point-and-shoot untuk mengabadikan gambar-gambar intim kehidupan sehari-hari di kota-kota besar dan desa-desa terpencil China, apartemen dan gang-gang suram di Rusia pasca-Soviet, serta para penambang batu bara di Kentucky, meninggal pada 26 Mei di Amsterdam. Beliau berusia 89 tahun. Manajer studionya, Iris Bergman, mengatakan bahwa penyebab kematian beliau di sebuah fasilitas rehabilitasi adalah pneumonia.
Van Manen berubah profesi menjadi fotografer fashion pada tahun 1975 ketika seorang teman memberikannya salinan buku “The Americans,” koleksi foto groundbreaking dari fotografer Robert Frank yang diambil selama perjalanan lintas Amerika Serikat pada tahun 1950-an.
Beliau akhirnya beralih dari kamera mahal yang dulu digunakannya di studio fashion mewah menjadi sebuah Olympus mju II 35-mm, yang dijual dengan harga kurang dari $100 dan biasanya digunakan oleh konsumen untuk mengabadikan liburan, pesta ulang tahun, wisuda, dan sebagainya.
Ukuran dan kesederhanaan kamera tersebut memungkinkannya untuk “melenyap” di tempat yang ramai. “Orang merasa kurang terancam olehnya,” kata beliau kepada Aperture. “Anda berada bersama seorang tamu yang juga mengambil foto, bukan bersama seorang fotografer yang menjadi tamu Anda.” Kamera murah tersebut menghasilkan gambar yang kadang-kadang berbutir dan terlalu terang — ketidaksempurnaan yang tidak diperbaiki oleh van Manen di ruang gelap. Bagi beliau, mereka adalah metafora stilistik untuk kerancakan kehidupan.
“Situasi kebersamaannya memberikan keintiman yang asal,” ujar Susan Kismaric, mantan kurator fotografi di Museum of Modern Art di New York, di mana karya van Manen dipamerkan. “Beliau menyengaja bertindak demikian.”
Dalam karya “A Hundred Summers, a Hundred Winters” (1994), beliau mengabadikan kehidupan pasca-Soviet di “tempat-tempat yang paling sulit diakses — rumah-rumah orang biasa — untuk menunjukkan kepada kita bagaimana jutaan orang Rusia tinggal dan tidur, apa yang mereka makan, seperti apa kehidupan sehari-hari mereka, dalam flat mereka, di meja mereka, di tempat tidur mereka,” tulis jurnalis Polandia Ryszard Kapuscinski dalam pengantar.