Betty A. Prashker, seorang perempuan perintis dalam bisnis buku yang menerbitkan karya-karya klasik feminis seperti “Sexual Politics” oleh Kate Millett dan “Backlash” oleh Susan Faludi, namun juga menerbitkan fiksi komersial yang provokatif oleh Judith Krantz dan Jean M. Auel — yang mana seksualitasnya yang jujur dari sudut pandang perempuan tidak kalah pentingnya sebagai perwakilan dari pemberdayaan feminis — meninggal pada 30 Juli di rumah salah satu putrinya di Alford, Massachussetts. Ia berusia 99 tahun.
Kematian beliau dikonfirmasi oleh keluarganya.
Daftar penulis yang ditemukan, didukung, atau diposisikan untuk menjadi penulis terlaris oleh Ms. Prashker sebagai editor terkemuka dan eksekutif di dua rumah penerbitan terkemuka, Doubleday dan Crown (keduanya sekarang adalah divisi dari Penguin Random House), termasuk banyak laki-laki, antara lain Issac Asimov, Erik Larson, Dave Barry dan Dominick Dunne.
Beliau adalah lulusan Vassar yang mendapat pijakan pertamanya dalam penerbitan pada tahun 1945, sebagai pembaca manuskrip yang tidak diminta untuk Doubleday, karena laki-laki yang seharusnya mengambil pekerjaan tersebut sedang berperang. Setelah menikah pada tahun 1950, beliau meninggalkan karirnya selama satu dekade untuk mengasuh keluarga sebelum akhirnya memberontak terhadap peran sebagai ibu rumah tangga.
“Tiba-tiba saya menyadari bahwa saya mulai gila,” dikutip dari kata-kata Ms. Prashker dalam “The Time of Their Lives”, sebuah sejarah penerbitan tahun 2008 oleh Al Silverman. “Saya merasa seluruh hidup saya dipenuhi oleh datangnya laki-laki yang akan memperbaiki mesin cuci, dan logistik untuk membawa anak-anak kesana-kemari.”
Kembali ke dunia kerja, Ms. Prashker merupakan pelopor dari feminisme tahun 1960-an dan menjadi pendorong kemajuan gerakan tersebut. Doubleday mempekerjakan kembali beliau, dan tidak lama kemudian beliau mendengar tentang seorang mahasiswa sarjana di Columbia, Ms. Millett, yang sedang mengerjakan sebuah proyek menulis.
Ms. Prashker tidak menyukai apa yang ditunjukkan oleh Ms. Millett, tetapi bertanya apakah ada yang lain. Ms Millett mengirimkan disertasi S3-nya, “Sexual Politics”: sebuah analisis yang didasarkan pada literatur abad ke-20 tentang bagaimana kekuasaan patriarki memaksa wanita untuk mengambil peran tunduk dalam masyarakat, tempat kerja, dan kamar tidur. Ms. Prashker begitu terkesan dengan karya tersebut, sehingga saat penghapusannya saat rapat penjualan perusahaan disambut dengan aplaus.
Diterbitkan pada tahun 1970, “Sexual Politics” menjadi sensasi, sebagai tanda lahirnya gelombang kedua feminisme dan kritik sastra feminis.
Naluri Ms. Prashker tentang apa yang akan menjadi penjual terbaik sangat luas dan melibatkan budaya tinggi dan rendah.
Pada tahun 1981, beliau memberi tahu Mr. Asimov bahwa ia harus menulis sekuel untuk trilogi fiksi ilmiahnya tahun 1950-an, “Foundation.” Penulis yang telah menulis lebih dari 100 buku tersebut memprotes bahwa hampir satu dekade sejak ia menulis novel terakhir. Doubleday bersikeras, dan setahun kemudian Mr. Asimov mengirimkan novel berjudul “Lightning Rod.” Setelah Doubleday meminta perubahan judul, buku tersebut diubah menjadi “Foundation’s Edge” dan diterbitkan pada tahun 1982. Buku tersebut menjadi salah satu buku paling populer Mr Asimov, menghabiskan 25 minggu di daftar buku terlaris The New York Times.
Mr. Larson, penulis “The Devil in the White City” (2003) dan karya-karya nonfiksi terlaris lainnya, adalah orang lain yang dibantu Ms. Prashker untuk berhasil.
Setelah pengalaman yang mengecewakan dengan bukunya yang pertama pada awal tahun 1990-an, ia memutuskan untuk mengajukan buku keduanya, “Lethal Passage: The Story of a Gun”, ke tiga penerbit.
Beberapa kali ia bertemu dengan ketidakberhasilan, kemudian bertemu dengan Ms. Prashker, yang telah meninggalka Doubleday untuk Crown Publishers. Mereka mengakhiri pembicaraan dengan mengatakan bahwa mereka memiliki pertemuan lain. Mr. Larson mengira dia akan diusir, tetapi ternyata pertemuan tersebut, yang diminta oleh Ms. Prashker, adalah dengan dua belas rekan kerja Crown yang membahas bagaimana mereka akan mempromosikan karya Mr. Larson. Ia pun tertarik.
“Dia adalah editor yang luar biasa,” kata Mr. Larson dalam sebuah wawancara. “Dia memiliki keahlian langka untuk tidak terlibat. Dia akan mengambil apa yang Anda berikan dan membuatnya lebih baik dengan memotong hal-hal yang tidak perlu dan mengaitkan hal-hal tersebut tanpa needlessly messing with your work.”
Pada tahun 1981, Ms. Prashker pindah ke Crown, di mana ia diangkat sebagai wakil presiden dan editor di chief, setelah 21 tahun di Doubleday. Ia segera mendukung “Backlash: The Undeclared War Against American Women” karya Ms. Faludi, sebuah kritik terhadap serangan terhadap kemajuan yang telah dicapai oleh feminisme di dekade sebelumnya pada 1980-an. Penerbit lain sudah tidak tertarik.
“Saya ingat Betty menjadi satu editor yang saya temui saat kami memperkenalkan ‘Backlash’ dan dia langsung paham apa yang saya coba lakukan dan kebutuhan akan buku semacam itu di era kelam tahun 80,” kata Ms. Faludi melalui email. “Kebanyakan editor lain terlihat either unaware of what women were up against or convinced that feminism had achieved its aims.”
Sepanjang karir Ms. Prashker, ia juga dikenal sebagai advokat bagi perempuan lain dalam penerbitan, dan untuk kesetaraan gaji dalam industri yang selama ini didominasi oleh laki-laki.
“Dia bertekad untuk meningkatkan sebanyak mungkin perempuan yang dia bisa,” kata Rachel Kahan, wakil presiden dan editor eksekutif di William Morrow, yang di bawah sayapnya Ms. Prashker ketika Ms. Kahan masih pemula dalam industri.
Ms. Prashker tanpa rasa malu mendukung karya fiksi populer oleh dan untuk perempuan yang dianggap rendah oleh kritikus, seperti karya eyeglass-steaming oleh Ms. Krantz, pengarang novel-novel seks dan belanja seperti “Princess Daisy” (1980), dan Ms Auel, yang “Clan of the Cave Bear” series nya tentang sebuah masyarakat matriarkal yang positif terhadap seks.
“Dia bukan orang yang sombong tentang karya yang dia terbitkan,” kata Ms. Kahan. “Jean Auel menulis novel-novel seksi tentang orang gua yang luar biasa. Memperlakukan petualangan seksual wanita sebagai sesuatu yang tidak perlu di mohon maafkan — itu adalah dan dalam banyak hal masih merupakan pernyataan politik.”
Betty Louise Arnoff lahir pada 6 April 1925, di rumah Manhattan dari orangtuanya, Ellis Arnoff, yang memiliki Shirley Fabric, sebuah perusahaan di distrik garmen, dan Lillian (Burger) Arnoff. Ia bersekolah di sekolah Dalton dan lulus dari Vassar pada tahun 1945.
Pada tahun 1963, setelah kembali ke bisnis buku setelah sedekade mengasuh tiga anak perempuannya, editor in chief Doubleday, Ken McCormick, menjemputnya untuk makan siang untuk menawarkan pekerjaan. Dia memberitahunya, seperti yang diingatnya kemudian, bahwa rumah penerbitan tersebut tidak memiliki cukup wanita dalam posisi senior. “Dan jika kita ingin terus berbisnis dengan pemerintah,” lanjutnya, menurut ingatan Ms. Prashker, “kita harus melakukan sesuatu dalam bentuk tindakan afirmatif dan memiliki lebih banyak wanita dalam kelompok kita.”
Pada akhir karirnya, dia mengambil jabatan editor at large di Crown, bekerja dengan penulis-penulis terpilih termasuk Ms. Auel.
Dia meninggalkan tiga putri, Susan P. Herman, Lucy Prashker, dan Marti P. Murray; enam cucu; dan lima cicit. Pernikahannya dengan Herbert Prashker, seorang pengacara buruh, berakhir perceraian pada 1974 setelah 24 tahun. Dia memiliki rumah di Central Park West di Manhattan dan di Watermill, NY, di Hamptons, sebelum pindah ke komunitas perawatan kontinu di Greenport, N.Y., di Long Island.
Ms. Prashker mengusik etos penerbitan dengan cara lain. Pada tahun 1970-an, ia menghadapi Century Association, satu-satunya klub swasta khusus laki-laki di Manhattan, di mana eksekutif penerbitan bertemu satu sama lain dan penulis (laki-laki) mereka, secara halus memajukan jaringan dan karier dalam dunia yang tertutup bagi perempuan.
Ditemukan oleh James Fenimore Cooper dan para sarjana sastra abad ke-19 lainnya, Century menolak Ms. Prashker ketika ia mencari keanggotaan pada tahun 1978. Sepuluh tahun kemudian, Mahkamah Agung AS menegaskan hukum New York City yang melarang diskriminasi di klub swasta, memulai arus lambat mulai anggota perempuan.
Tetapi pada saat itu, Ms. Prashker sudah tidak lagi tertarik dengan Century. Ia memilih untuk mencampurkan bisnis dan kesenangan dalam sebuah tempat yang lebih eksklusif: Grill Room di Four Seasons, ruangan berpanel walnut yang didesain oleh Philip Johnson, di mana ia memiliki meja tetap.
Restoran di saat awal abad ini adalah tempat makan siang paling berpengaruh bagi elit Manhattan dari dunia penerbitan, media, mode, dan politik.
“Saat itu adalah klubnya,” kata Mr. Larson, yang kadang-kadang menjadi tamu Ms. Prashker.
“Dia langsung diantar ke meja nya,” kenangnya, “dan tanpa ada yang bertanya, dia diberi mangkuk consommé.”