Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ada sekitar 10 juta kasus baru penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya di seluruh dunia setiap tahun. Itu sekitar 1 kasus baru setiap 3 detik. Seiring pergeseran demografis memungkinkan orang hidup lebih lama, jumlah total orang yang hidup dengan penyakit ini diperkirakan akan menggandakan dalam 20 tahun ke depan. Sekarang, penelitian yang muncul menunjukkan bahwa vaksinasi terhadap virus-virus umum dapat secara signifikan mengurangi risiko Anda untuk mengembangkan penyakit Alzheimer.
Alzheimer ditandai oleh akumulasi plak beta-amiloid dan untaian saraf tau yang akhirnya menyebabkan atrofi atau penyusutan otak. Perubahan dalam otak sering dimulai bertahun-tahun sebelum timbulnya gejala kognitif, membuat penyakit ini sangat sulit didiagnosis dan diobati. Pola kerusakan struktural yang diamati di otak orang yang menderita Alzheimer menunjukkan tanda-tanda inflamasi saraf yang signifikan. Tingkat inflamasi yang tinggi di otak selama beberapa tahun dapat menjadi penyebab dan konsekuensi dari perkembangan penyakit ini.
Inflamasi di otak dapat terjadi setiap kali Anda terpapar virus. Bahkan tanpa langsung menginfeksi sel otak, virus bisa memicu respons inflamasi yang begitu kuat sehingga mengalahkan seluruh tubuh. Virus Covid-19, misalnya, sangat pandai memicu respons kekebalan yang kuat. Dalam beberapa kasus, kerusakan yang diinduksi inflamasi terhadap otak dapat bertahan bahkan setelah gejala hilang.
Beberapa virus, bagaimanapun, tidak pernah benar-benar meninggalkan tubuh. Misalnya, ketika seseorang terpapar virus varisela-zoster yang menyebabkan cacar air, sebagian virus menjadi laten dan tetap berada di dalam tubuh. Virus laten dapat tetap tidur, tanpa bereplikasi dalam tubuh selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, sebelum diaktifkan kembali. Reaktivasi virus laten memicu infeksi baru dan memicu respons inflamasi. Setelah infeksi cacar, virus bereaksi dalam satu dari setiap tiga orang dan muncul sebagai cacar air, ruam kulit yang menyakitkan.
Laporan yang semakin meningkat sekarang menunjukkan bahwa paparan cacar air dan reaktivasi cacar air kemudian dapat terkait dengan penyakit Alzheimer. Dalam sampel jaringan otak, peneliti telah mengamati bahwa paparan virus varisela-zoster memicu pembentukan agregat beta-amiloid dan tau fosforilasi abnormal, menyerupai plak amiloid dan untaian saraf tahu yang merupakan ciri khas dari penyakit Alzheimer. Pemberian antiviral yang menargetkan cacar air dapat mengurangi akumulasi beta-amiloid dan tau fosforilasi. Temuan ini mengungkapkan mekanisme yang mungkin untuk bagaimana penyakit Alzheimer berkembang, dan yang lebih penting, bagaimana mencegahnya.
Bagaimana paparan virus cacar air dapat menyebabkan penyakit Alzheimer jauh kemudian dalam hidup? Salah satu teori berpendapat bahwa virus varisela-zoster laten terus-menerus diaktifkan kembali sebagai respons terhadap stres, yang mengakibatkan kerusakan kumulatif di otak dari waktu ke waktu. Dengan cara ini, keberadaan virus yang diaktifkan kembali secara langsung memicu pembentukan agregat amiloid dan tau di otak. Namun, teori ini dibatasi oleh laporan sebelumnya bahwa reaktivasi virus varisela-zoster hanya terjadi sekali untuk menyebabkan cacar air.
Dikarenakan penyakit Alzheimer berkembang selama beberapa dekade, sebuah studi baru dari Universitas Oxford menunjukkan bahwa virus ini kemungkinan memiliki efek tidak langsung dengan meningkatkan inflamasi di otak. Tim berspekulasi bahwa reaktivasi virus cacar air hanya berkembang menjadi cacar air dalam kasus-kasus yang parah. Respon inflamasi terhadap virus yang baru diaktifkan kemudian menginduksi serangkaian inflamasi saraf tambahan yang merusak sel otak.
Dalam studi ini, Cumin et al. mulai dengan mengambil sel induk manusia yang menyerupai jaringan otak. Sel-sel ini kemudian terpapar virus varisela-zoster. Meskipun mereka tidak mengamati pembentukan protein beta-amiloid dan tau, peneliti mengukur peningkatan tingkat sitokin proinflamasi, mengkonfirmasi hipotesis mereka bahwa korelasi antara cacar air dan penyakit Alzheimer mungkin secara tidak langsung didorong oleh inflamasi. Cumins et. al menyimpulkan bahwa sitokin proinflamasi yang dipicu oleh virus varisela-zoster dapat memicu reaktivasi ulang virus laten yang akhirnya dapat menyebabkan perkembangan penyakit Alzheimer.
Temuan ini konsisten dengan laporan klinis yang menyatakan bahwa vaksinasi terhadap cacar air dan cacar air dapat secara signifikan mengurangi risiko Alzheimer. Vaksinasi terhadap virus-virus umum lainnya, seperti flu, telah terbukti memiliki efek protektif yang serupa. Studi terbaru yang diterbitkan dalam Jurnal Alzheimer menemukan bahwa mendapatkan satu vaksin flu dapat mengurangi risiko mengembangkan penyakit Alzheimer sebesar 40% pada individu di atas usia 65 tahun.
Meskipun mekanisme bagaimana inflamasi menyebabkan penyakit Alzheimer belum jelas, mendapatkan vaksinasi tepat waktu menawarkan beberapa proteksi. Kita baru saja mulai memahami peran yang dimainkan oleh sistem kekebalan dalam Alzheimer. Ini bukan penyakit otak yang terisolasi. Jelas bahwa faktor lingkungan dan pilihan gaya hidup yang meningkatkan kerentanan Anda terhadap inflamasi otak dapat membuat Anda berisiko mengembangkan penyakit ini dan bentuk demensia lainnya.