Bank sentral China pada Kamis memangkas suku bunga kunci, dalam langkah kedua Beijing minggu ini untuk mencoba menanggulangi ekonomi yang melemah dan krisis pasar hunian.
Tindakan yang tak terduga ini datang saat pasar saham jatuh tajam di sebagian besar Asia dalam perdagangan awal, bersamaan dengan penurunan tajam Wall Street sehari sebelumnya. Indeks pasar turun 1 hingga 3 persen di Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong.
Namun harga saham turun lebih sedikit di Shanghai dan Shenzhen. Itu bisa mencerminkan respons positif investor terhadap langkah suku bunga bank sentral, atau tanda intervensi oleh pemerintah China, yang memiliki peran besar dalam pasar saham negara itu.
Ketika pasar dibuka di China pada Kamis, Bank Rakyat China, bank sentral, menurunkan suku bunga untuk pinjaman satu tahun ke bank komersial menjadi 2,3 persen, dari 2,5 persen. Itu adalah pemangkasan terbesar untuk suku bunga tersebut sejak pemangkasan serupa pada April 2020, ketika ekonomi China berjuang karena hampir kuncian nasional pada awal pandemi virus corona.
Suku bunga satu tahun penting sebagai panduan bagi bank komersial tentang suku bunga yang mereka gunakan untuk pinjaman kepada pelanggan korporat dan juga unit keuangan pemerintah lokal. Beijing menghalangi pemerintah lokal untuk meminjam langsung dari bank, namun memperbolehkan mereka untuk mendirikan unit keuangan yang melakukannya.
Banyak unit keuangan ini kini dalam hutang besar, dan pemerintah lokal yang mengontrolnya telah memotong gaji guru dan pegawai sipil lainnya untuk menghemat uang.
Pemangkasan suku bunga satu tahun itu mengikuti langkah bank sentral pada hari Senin untuk menurunkan suku bunga lain yang dikontrolnya. Tindakan ini dilakukan setelah konklaf kepemimpinan Partai Komunis mengenai kebijakan ekonomi pekan lalu yang tidak menghasilkan koreksi arah luas yang banyak ekonom rekomendasikan.
Partai tersebut mengkonfirmasi komitmennya untuk mengejar kemandirian ekonomi melalui investasi lebih lanjut dalam industri teknologi tinggi, alih-alih beralih ke pengeluaran konsumen yang lebih besar.
Menurunkan suku bunga sekarang, daripada menunggu pemangkasan oleh Federal Reserve AS musim gugur ini, berisiko memicu lebih banyak perusahaan dan rumah tangga China untuk memindahkan uang ke luar negeri saat mereka mencari bunga lebih tinggi di tempat lain. Hal ini bisa membuat mata uang China, renminbi, melemah lebih lanjut terhadap dolar.
Suku bunga rendah juga bisa memicu kebangkitan skema pinjaman spekulatif yang menjadi masalah bagi Beijing beberapa tahun lalu.
Namun Eswar Prasad, seorang ekonom Universitas Cornell yang mengkhususkan diri dalam kebijakan moneter China, mengatakan bahwa kekhawatiran tersebut tampaknya menjadi sekunder saat ini. “Mendukung pertumbuhan menjadi prioritas utama dibandingkan dengan tujuan lain, seperti membatasi risiko keuangan atau mencegah depresiasi mata uang,” katanya.