Departemen Kehakiman pada hari Senin menuduh dua individu dari California yang diduga pemimpin dari kelompok supremasi kulit putih yang ingin memicu perang ras di Amerika Serikat dan diduga merencanakan untuk membunuh target-target “nilai tinggi” dan menghasut pengikutnya untuk melakukan serangan teror di seluruh dunia.
Dallas Humber dan Matthew Allison diduga menjadi pemimpin dari kelompok yang menyebut diri mereka “Terrorgram” dan dibentuk di situs media sosial terenkripsi.
Kedua tersangka diadukan dengan sejumlah kejahatan federal termasuk ajakan pembunuhan terhadap pejabat federal, doxing pejabat federal, dan membuat ancaman antar negara.
“The goal of the defendant, the indictment charges, was to ignite a race war, accelerate the collapse of what they viewed as an irreparably corrupt government and bring about a white ethno state. As the indictment lays out, defendants use the internet platform Telegram to post messages promoting their white supremacist accelerationism,” Kristen Clarke, Kepala Divisi Hak Asasi Manusia DOJ, mengatakan dalam konferensi pers Senin.
Dalam dakwaan itu disebutkan kelompok tersebut “meminta serangan teroris” termasuk pada “musuh” yang diduga, pada infrastruktur pemerintah, dan pada target “nilai tinggi” seperti politisi dan pejabat pemerintah.
“Daftar,” menurut dakwaan, mencakup senator AS, hakim federal, jaksa AS, dan pejabat setempat.
Saat menyebarkan daftar tersebut, Allision diduga menambahkan komentar seperti “ambil tindakan sekarang” dan “lakukan bagianmu”.
Dalam setidaknya tiga kasus terpisah yang diuraikan oleh jaksa dalam dakwaan, pengguna kelompok tersebut diduga melangkah maju dalam melaksanakan serangan kekerasan yang terinspirasi dari obrolan grup.
Salah satu pengguna adalah pemuda berusia 19 tahun dari Slovakia yang membunuh dua orang di bar LGBT di Bratislava sebelum akhirnya bunuh diri, menurut DOJ. Dakwaan itu menuduh bahwa pelaku serangan mengirim manifestonya secara langsung kepada Humber, yang kemudian konon diceritakan oleh Humber dan dijadikan audiobook.
Baik Humber maupun Allison kemudian diduga mengklaim serangan tersebut dan merayakan penyerang sebagai “Santo pertama” kelompok tersebut, menurut dakwaan.
Kasus terpisah yang disorot dalam dakwaan melibatkan penangkapan pada bulan Juli atas Andrew Taskhistov, 18 tahun, dari New Jersey yang diduga dihasut untuk merencanakan serangan terhadap fasilitas energi melalui keanggotaannya di kelompok tersebut. Kasus ketiga yang disorot dalam dakwaan melibatkan seorang pemuda berusia 18 tahun dari Turki yang diduga menyiarkan langsung dirinya sendiri menusuk lima orang di luar sebuah masjid dan kemudian membagikan beberapa publikasi dari grup tersebut.
Bagian dari strategi yang diduga kelompok tersebut adalah menargetkan infrastruktur kritis, menurut DOJ.
Humber dan Allison juga diduga membuat sebuah dokumener yang merayakan insiden rasial di seluruh negara sejak tahun 1968, menurut dakwaan.
Pasangan itu juga diduga menekankan perlunya bersembunyi tentang operasi mereka dan, menurut dakwaan.
Informasi pengacara untuk Humber atau Allison tidak tersedia segera.