Di Melbourne, Surat Kabar Hyperlocal yang Menakjubkan untuk Era Digital

The Australia Letter adalah buletin mingguan dari kantor berita Australia kami. Edisi minggu ini ditulis oleh Natasha Frost, seorang reporter yang berbasis di Melbourne.

Pada bulan Agustus 1972, sekelompok penulis, kebanyakan di Melbourne, merilis edisi pertama sebuah surat kabar mingguan yang akan mencatat satu sudut kehidupan kontra-kultural Australia — dimulai dengan tulisan pedas tentang “baron pers muda” Rupert Murdoch.

Selama sekitar 40 bulan, surat kabar The Digger menampilkan kolom pendapat yang tulus, ulasan panjang, dan daftar budaya, serta apa yang mereka deskripsikan sebagai “akun gonzo” kehidupan Australia. Mereka membahas topik seperti pendidikan seks, hak-hak Aboriginal, republikanisme (“Sudah waktunya kita membuang Ratu Oz dan Gubernur Jenderalnya ke laut”) dan kegembiraan dalam mengendarai sepeda.

Surat kabar ini terkait dengan beberapa nama paling penting dalam sastra Australia pada saat itu, dan memainkan peran penting dalam memulai karier penulis novel Australia, Helen Garner. (The Digger ditutup pada tahun 1975 ketika, seperti pendirinya Phillip Frazer tulis pada tahun 2018, surat kabar tersebut “kehabisan uang dan pengacara”).

Setengah abad kemudian, sebuah publikasi Australia lainnya menunjukkan semangat irreveren dan komitmen yang sama terhadap, seperti yang diungkapkan editornya, “reportase.”

The Paris End adalah surel Substack panjang yang dimulai sekitar setahun yang lalu oleh para penulis Cameron Hurst, Sally Olds, dan Oscar Schwartz, yang usianya berkisar antara 25 hingga 35 tahun. (Tuan Schwartz sebelumnya berkontribusi pada The New York Times.)

Newsletter ini dinamai dari julukan lokal untuk ujung timur Collins Street di pusat kota Melbourne — yang dulunya merupakan rumah bagi komunitas seniman kota, dan hari ini lokasi hotel mewah dan butik mode internasional yang glamor. (Newsletter ini tidak secara eksklusif, atau bahkan utama, berdagang pada cerita dari bagian kota itu.)

Kawasan itu “plesetan tanpa jiwa dari bagian ujung kota mewah di setiap kota,” kata Nyonya Olds sambil minum kopi di Melbourne. “Itu adalah bagian kota yang sangat aneh, dengan ide yang sangat berbeda tentang dirinya sendiri. Jadi itu adalah ruang yang sangat menyenangkan untuk ditulis.”

“Itu adalah sesuatu yang konyol untuk dipanggil,” tambah Tuan Schwartz. “Jika Anda harus memanggil sesuatu bagian ‘Paris’ dari kota Anda, maka Anda bukanlah Paris.”