Melalui arsip video yang luasnya, Donga melihat kembali bagaimana peristiwa di Libya selama 10 tahun mengubah dia dan negaranya.
Donga berusia 19 tahun ketika pertama kali bergabung dalam protes di kota kelahirannya, Misrata, Libya. Apa yang mulai sebagai pemberontakan damai dengan cepat dihadapi oleh kekerasan brutal.
Sementara banyak teman-temannya mengambil senjata AK-47, Donga mengambil kamera. Selama satu dekade berikutnya, dia mendokumentasikan revolusi Libya dan pergeserannya ke dalam perang saudara.
Dari jatuhnya Muammar Gaddafi hingga munculnya ISIL (ISIS) dan penyerbuan Haftar ke Tripoli pada tahun 2019, rekamannya menangkap kompleksitas sebuah negara dalam kekacauan. Sekarang, pulih dari cedera mortar di kamar hotelnya, Donga merenungkan kekecewaan dari pemberontakan 2011 melalui jam-jam tak terhitung yang dia filmkan.
Donga’s Diary adalah film dokumenter karya Muhannad Lamin, Mohamed Mahjoub dan Ali Sabty.