Ekspresi Unik: Pahatan Bergambar Anak Perempuan Korea dalam Galeri Seni ASEAN

Dalam Galeri Seni ASEAN, karya seni kontemporer dari seniman-seniman berbakat ASEAN dan Korea dipamerkan dengan bangga. Sebuah pameran yang memperlihatkan keberagaman seni rupa dan mendalamnya kolaborasi seniman lintas negara. Salah satu sorotan dari pameran ini adalah karya seni instalasi yang menarik perhatian, yakni “Seizing Identity” hasil kolaborasi antara Catherine Oslo dan Eunji Cho.

Keduanya, yang pertama berasal dari Medan, Indonesia, dan yang kedua dari Korea, bertemu pertama kali di Gwangju, Korea Selatan, pada tahun 2015. Perjumpaan ini menjadi awal dari perjalanan kolaboratif mereka, yang kemudian berlanjut melalui KONNECT ASEAN Artists Residency Programme (KAARP), sebuah program residensi yang diselenggarakan oleh ASEAN Foundation dan ASEAN-Korea Cooperation Fund.

Catherine Oslo menceritakan bagaimana ide untuk berkolaborasi muncul, “Sebelumnya memang sudah kenal dan kita tahu ada program residensi seniman ASEAN dan Korea, saya mengajak Eunji Cho untuk berpartisipasi. Kita harus berdiskusi untuk menjadikan satu konsep dan satu karya, dalam karya ini kami memilih kenangan masa kecil.”

Meskipun hanya memiliki waktu satu bulan untuk mewujudkan ide mereka, keduanya berhasil menciptakan sebuah karya seni instalasi yang menggambarkan keunikan dan keindahan masa kecil. Catherine Oslo lebih suka bekerja dengan kayu dan menggunakan teknik cukil kayu, sedangkan Eunji Cho, yang di negara asalnya sudah mendunia melalui seni lukis dan kaligrafi Korea, membawa elemen-elemen yang berbeda dalam karyanya.

“Setelah berdiskusi secara online, kami intens kerja bareng selama dua minggu di Gudskul Ekosistem. Singkat sekali memang tapi kami bersatu untuk mempromosikan budaya dua negara,” ungkap Catherine.

Karya seni instalasi mereka menggambarkan seorang anak perempuan yang memakai baju tradisional Korea sedang tersenyum. Dengan bahan kayu berukuran 143 x 120 cm, instalasi ini bukan hanya sekadar karya visual, tetapi juga sebuah ajakan untuk menjelajahi lebih dalam makna-makna simbolis di dalamnya.

Ada boneka-boneka, permainan tali, layangan, dan permen Dalgona yang tertanam dalam karya ini. Catherine Oslo juga menambahkan elemen rumah masa kecilnya dengan satu jendela terbuka sebagai simbol perasaan. “Saya sengaja menyimbolkan ‘satu jendela’ dengan satu alasan yakni membiarkan kenangan baik tinggal dan momen terburuk pergi,” jelasnya.

Eunji menambahkan dimensi seni dengan memasukkan huruf Alfabet Hangeul dan angka-angka yang melambangkan kenangan masa kecil. Di ujung instalasi, terdapat huruf Korea yang membentuk seperti emoji, sesuatu yang Eunji Cho sengaja sisipkan untuk memberi kebebasan interpretasi kepada para pengunjung. “Entah sedih atau senang,” katanya.

Tidak hanya kayu yang digunakan, Eunji Cho juga memakai kertas kaligrafi China sebelum menggambar di karya ini, menambahkan sentuhan unik pada instalasi tersebut.

Catherine Oslo adalah salah satu dari 15 seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini, yang dibuka di ASEAN Gallery. Selain karya seni “Seizing Identity,” juga terdapat karya hasil residensi KONNECT ASEAN Chiang Mai Print Residency yang turut menyumbangkan keberagaman seni ke galeri ini. Upacara serah terima donasi ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Executive Director ASEAN Foundation, Piti Srisangnam, Duta Besar Korea untuk ASEAN H.E Lee Jang-Keun, dan Deputy-Secretary-General of ASEAN for AEC, H.E Satvinder Singh.