Filipina akan ‘bertahan’ dalam sengketa dengan China, ujar pejabat | Berita

Penasihat Keamanan Nasional Filipina, Eduardo Ano, mengatakan Manila akan ‘mendorong kembali’ terhadap paksaan di Laut China Selatan.

Filipina akan “mengambil sikap” dalam sengketa dengan Tiongkok di Laut China Selatan, kata seorang pejabat keamanan terkemuka.

Manila dan Beijing telah terlibat dalam serangkaian konfrontasi yang meningkat di perairan strategis tersebut, dengan masing-masing pihak menuduh kapal lain melakukan manuver berbahaya di dekat Terumbu Second Thomas yang diperebutkan.

“Kita akan terus berpegang teguh dan mendorong kembali terhadap paksaan, interferensi, pengaruh yang merugikan dan taktik lain yang bertujuan untuk mengancam keamanan dan stabilitas kita,” kata Penasihat Keamanan Nasional Filipina Eduardo Ano pada hari Jumat dalam sebuah acara yang merayakan ulang tahun putusan internasional tentang sengketa tersebut yang memihak kepada China.

Ano mengatakan Manila menolak penggunaan kekerasan yang bertujuan “untuk memaksa dan menundukkan kepentingan nasional Filipina” tetapi “berkomitmen untuk perdamaian.”

“Kita berkomitmen untuk menangani dan mengelola isu-isu sulit melalui dialog dan diplomasi,” ujar Ano.

Tiongkok mengklaim lebih dari 90 persen dari Laut China Selatan, termasuk perairan yang berada dalam zona ekonomi eksklusif Filipina dan empat negara Asia Tenggara lainnya.

Satu tribunal internasional di Den Haag pada tahun 2016 menemukan bahwa klaim China tidak memiliki “dasar hukum.”

Beijing menolak putusan tersebut sebagai “ilegal, tidak berlaku, dan tidak sah.”

Pasukan penjaga pantai dan angkatan laut China dan Filipina telah terlibat dalam banyak konfrontasi di perairan yang disengketakan, termasuk insiden bulan lalu di mana personel penjaga pantai China yang membawa pisau, tongkat, dan kapak mengelilingi dan naik ke tiga kapal Angkatan Laut Filipina selama misi memasok ke Terumbu Second Thomas di Kepulauan Spratly.

Filipina telah meningkatkan kerja sama militer dengan Amerika Serikat dan sekutunya sebagai langkah pengimbang terhadap kekuatan dan pengaruh Tiongkok yang semakin meningkat di wilayah tersebut.

Pada hari Senin, Manila menandatangani pakta pertahanan yang akan memungkinkan Jepang untuk mendeploy pasukannya di wilayahnya.

Filipina akan terus “membina hubungan yang lebih erat dengan negara-negara yang sependapat,” kata Ano, dan tetap terbuka untuk “diskusi yang jujur berdasarkan saling menghormati dan ketulusan.”