Tangkapan layar dari pos palsu di Facebook yang diabadikan pada 16 Mei 2024. Klaim tersebut muncul setelah peta yang menandai Dokdo sebagai wilayah Jepang muncul dalam kursus pertahanan sipil online yang dikelola oleh kementerian dalam negeri Korea Selatan, memicu kontroversi online. Kementerian tersebut merespons dengan menghapus peta dan menjelaskan bahwa peta tersebut secara keliru ditambahkan oleh perusahaan eksternal yang bertugas membangun kursus-kursus tersebut. Klaim ini dibagikan dalam pos-pos Facebook serupa termasuk di sini dan di sini. Pencarian gambar terbalik di Google menemukan bahwa peta diposting di situs web iStockphoto pada 14 Maret 2016. Di bawah ini adalah perbandingan tangkapan layar antara gambar yang dibagikan dengan klaim palsu di Facebook (kiri) dan gambar asli yang diposting di iStockphoto (kanan). Gambar itu diposting oleh akun iStockphoto bernama Bobtokyoharris, yang secara rutin memposting gambar peta dan globe. Sementara itu, kementerian pertahanan Korea Selatan mengonfirmasi bahwa peta resmi selalu menggunakan label Laut Timur. “Kami tidak dapat menentukan sumber peta yang dimaksud, tetapi kementerian pertahanan Republik Korea menggunakan peta dengan label Laut Timur,” kata juru bicara kementerian kepada AFP pada 16 Mei. “Tidak logis bahwa ini bisa menjadi dokumen kementerian pertahanan ketika kami terus berupaya memperbaiki label-label yang salah di media internasional yang tidak menggunakan nama ‘Laut Timur’ melalui saluran kementerian luar negeri dan keluhan resmi,” katanya. Di bawah ini adalah peta yang dibagikan di pos palsu di Facebook (kiri) dan peta resmi yang diterbitkan dalam buku putih 2022 kementerian pertahanan, dengan Dokdo dihighlight dalam warna kuning oleh AFP (kanan). Selain itu, peta yang dibagikan dalam pos media sosial menggunakan sistem romanisasi lama McCune-Reischauer untuk bahasa Korea. Seoul meninggalkan sistem ini pada tahun 2000 untuk sistem yang direvisi yang diklaim mewakili pengejaan lokal dengan lebih akurat.