Hakim menunda vonis Trump di New York hingga mendekati pemilihan presiden AS | Berita Joe Biden

Trump menjadi presiden AS pertama yang dinyatakan bersalah atas tuduhan kejahatan dan awalnya dijadwalkan untuk dijatuhi hukuman minggu depan. Hakim dalam kasus uang hush money Donald Trump telah memberikan permintaan untuk menunda hukuman mantan presiden Amerika Serikat tersebut hingga setidaknya September. Keputusan pada hari Selasa mengikuti putusan Mahkamah Agung AS yang memerintahkan kekebalan pidana yang luas untuk presiden dalam tindakan resmi mereka.

Tim hukum Trump telah mengutip keputusan pengadilan tertinggi tersebut dalam surat kepada Hakim Juan Merchan meminta penundaan dalam hukuman, yang awalnya dijadwalkan pada 11 Juli. Jaksa dengan kantor jaksa distrik Manhattan telah setuju untuk menunda hukuman itu.

Merchan mengatakan hukuman akan ditunda hingga setidaknya 18 September, kurang dari dua bulan sebelum pemilihan 8 November. Jaksa mengatakan bahwa Trump memalsukan catatan bisnis untuk menutupi pembayaran hush money sebesar $130.000 dari mantan pengacaranya Michael Cohen kepada Stormy Daniels sebagai penukaran diam-diam tentang dugaan hubungan seksual pada tahun 2006 dengan Trump.

Mereka langsung menghubungkan pembayaran tersebut ke skema yang lebih luas untuk mempengaruhi pemilihan presiden 2016. Dalam surat mereka kepada Merchan, pengacara Trump berpendapat bahwa selama persidangan, jaksa telah menyajikan bukti yang melibatkan tindakan resmi Trump sebagai presiden, termasuk pos media sosial yang dia buat dan percakapan yang dia lakukan saat berada di Gedung Putih. Bukti itu seharusnya dilindungi di bawah kekebalan presiden, ujar para pengacara, sesuai putusan Mahkamah Agung pada hari Senin.

Keputusan mayoritas enam hakim di sembilan anggota majelis tersebut menetapkan bahwa presiden memiliki “kekebalan mutlak” dari tanggung jawab pidana atas segala tindakan dalam “kekuasaan konstitusi inti” mereka. Bukti terkait tindakan resmi itu juga tidak boleh disajikan dalam persidangan, demikian pendapat mayoritas tersebut. Hanya saja, putusan itu, yang ditentang oleh tiga hakim liberal tersebut, mengatakan bahwa presiden masih dapat dituntut atas tindakan di luar kekuasaan tersebut…..