Di pantai Bali, pulau yang dikelilingi pantai nuansa Bali, penduduk setempat yang sudah bosan ingin memperlambat pariwisata massal yang merupakan penyumbang terbesar uang mereka — berharap rencana untuk membekukan pembangunan hotel bisa mengembalikan ketenangan.
Khawatir tentang pariwisata yang tak terkendali, banyak penduduk Bali menginginkan masa lalu yang lebih tenang, seperti warga di Barcelona, Palma de Mallorca, atau Venesia. Dalam merespons hal ini, pihak berwenang Indonesia baru-baru ini mengumumkan rencana — yang belum dikonfirmasi oleh pemerintah baru — untuk moratorium dua tahun pembangunan hotel, vila, dan klub malam.
Sebelum peselancar asing menemukan ombaknya beberapa dekade yang lalu, Canggu adalah desa tepi pantai Bali selatan yang sepi yang terletak di Samudera Hindia dan dipenuhi dengan sawah-sawah. Sekarang, desa ini dipenuhi oleh hotel dan penginapan, jalannya penuh dengan mobil, sepeda motor, dan truk.
Penduduk seperti Kadek Candrawati, 23 tahun, khawatir bahwa lingkungan kalah penting. “Canggu sekarang lebih ramai… ketenangannya dan kehijauannya perlahan hilang,” tegas Kadek, yang memiliki layanan penyewaan sepeda motor yang menghasilkan tujuh juta rupiah ($453) setiap bulannya.
“Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa Bali tetap hijau, berkelanjutan, dan budaya lokalnya dipertahankan,” ungkapnya ke AFP.
“Saya berharap pariwisata Bali terus berkembang, sambil tetap menjaga keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan.”
– ‘Singapura Baru’ –
Kanvas subur Bali berupa hutan hujan, sawah, dan pantai selancar yang menjadi tuan rumah resor mewah dan tempat menyenangkan pengembara telah membuat wisatawan terus kembali. Saat jumlah wisatawan menurun selama pandemi Covid, pemerintah berusaha merayu orang asing kembali ke Bali dengan visa digital-nomad dan investasi emas. Tidak diperlukan insentif semacam itu sekarang.
Bali menarik hampir tiga juta wisatawan asing hanya dalam enam bulan pertama tahun ini — sebagian besar berasal dari Australia, China, dan India, menurut data resmi. Wisatawan asing menghabiskan rata-rata $1,625 per kunjungan tahun lalu, naik dari $1,145 pada 2019 sebelum pandemi Covid-19, kata agensi statistik Indonesia.
Belum pasti apakah Presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto, ingin mengendalikan pendapatan tersebut. Pemerintahan sebelumnya telah menjanjikan keduanya, pembekuan pembangunan terkait pariwisata dan sistem kereta ringan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Bali. Namun, Prabowo — yang belum mengomentari rencana tersebut — menimbulkan keraguan bahwa ia ingin menghentikan pembangunan Bali.
Dalam pertemuan dengan pejabat pulau itu akhir-akhir ini, ia berjanji akan membangun bandara internasional kedua untuk menjadikan Bali “Singapura baru, Hong Kong baru… sebuah pusat ekonomi.”
Kelompok lingkungan Indonesia, Walhi, mengatakan bahwa ledakan akomodasi pariwisata di Bali sudah terlalu jauh. “Bali sekarang telah dibangun berlebihan, dengan ruang hijau berubah menjadi struktur,” kata direktur eksekutif Made Krisna Dinata.
“Mungkin jamur, ini kiranya bisa ditularkan.”
Perjalanannya ke keindahan alam Bali tampaknya masih berkelakar. Ombak sampah plastik telah membanjiri pantai-pantai yang biasanya bersih, sementara ekstraksi air tanah telah mengeringkan lebih dari setengah sungai-sungai Bali.
Pariwisata berlebih juga menimbulkan tekanan pada sistem irigasi yang tercantum dalam daftar UNESCO yang memberi makanan padang rumput pulau itu, dengan tanah yang menampung air semakin banyak dibangun.
– ‘Air laut kotor’ –
Kekhawatiran lokal telah dipicu oleh video viral yang menunjukkan ekskavasi tebing batu kapur untuk konstruksi di Bali selatan, dengan potongan tanah ambing ke laut. “Banyak pelatih selancar telah kehilangan mata pencaharian mereka karena tamu enggan berselancar karena air laut kotor,” kata surfer 42 tahun Piter Panjaitan di dekat Ungasan.
Wisatawan yang berlaku kasar juga telah menyulut kemarahan lokal, terutama atas orang asing yang telanjang di tempat-tempat suci.
“Banyak masalah dengan tamu yang datang ke sini,” ujar Piter.
Jakarta mengatakan rencana pembekuan pembangunan ini bertujuan untuk seimbang, dari keuntungan ekonomi dari pariwisata dengan mempertahankan keindahan alam Bali. Kepala badan pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun, mengatakan moratorium akan menyebar pengembangan pariwisata dari Bali selatan, di mana fokusnya sekarang.
Namun, tidak semua orang setuju dengan penundaan pembangunan yang diusulkan. Wakil ketua asosiasi hotel dan restoran Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, meminta studi lebih mendalam sebelum moratorium yang bisa merugikan penduduk yang mengandalkan pariwisata.
“Ketika ada pasokan berlebihan, moratorium diterima untuk mencegah persaingan. Tapi sekarang, permintaannya justru meningkat,” kata Suryawijaya.
“Tingkat hunian kami mencapai 80 hingga 90 persen.”