Saat dalam situasi tergelap pun, warga Sri Lanka tetap memiliki selera humor mereka. Pada tahun 2022, ketika ekonomi negara pulau itu kolaps dan pemerintah mengumumkan sistem kode QR untuk mengatur bensin, sebuah meme menyebar di internet: “Memindai Kode QR Bensin Sekarang Membuat Anda Lupa Tiga Bulan Terakhir.” Dan ketika kemarahan publik membuat presiden otoriter melarikan diri dari istananya, dengan para pengunjuk rasa masuk ke dalam untuk menggoreng camilan di dapurnya dan melompat ke dalam kolam renangnya, sebuah meme lain menangkap suasana saat mereka pergi: “Kami Akan Pergi. Kuncinya Ada Di Bawah Pot Bunga.”
Itulah jenis ekspresi online yang membantu menguatkan gerakan warga terbesar di Sri Lanka dalam beberapa dekade terakhir, yang membuat para aktivis dan kelompok hak asasi manusia kini khawatir terancam. Mereka prihatin dengan adanya undang-undang baru, yaitu Undang-Undang Keamanan Online, yang memberikan pemerintah wewenang luas untuk menganggap ucapan di media sosial sebagai “peringatan dilarang.” Di bawah undang-undang tersebut, sebuah komite yang ditunjuk oleh presiden akan memutuskan apa yang dilarang, dan pelanggaran bisa membawa hukuman mulai dari denda ratusan dolar hingga penjara selama beberapa tahun.