Inggris Menghadapi Ketakutan akan Kekurangan Teh (Astaga!)

Bagi negara dengan peminum teh sepanjang pagi dan malam, bahkan saran akan kelangkaan bahan pokok rumah tangga ini bisa menimbulkan kecemasan yang dalam.

Jadi mungkin ada beberapa orang yang terkejut ketika ada tanda di beberapa toko swalayan Sainsbury minggu ini yang memperingatkan pelanggan bahwa masalah pasokan telah mempengaruhi ketersediaan “di seluruh negara” dari teh hitam, karena serangan Houthi pada kapal komersial di Laut Merah menyebabkan keterlambatan pengiriman.

Yorkshire Tea dan Tetley Tea, dua perusahaan teh paling populer di Britania, mengatakan dalam pernyataan bahwa mereka terus memantau situasi untuk memastikan pasokan teh hitam tetap terjaga, namun pesanan tetap dipenuhi.

“Ini adalah periode penting yang memerlukan perhatian konstan kami,” ujar Tetley dalam pernyataannya. Perusahaan ini mengatakan bahwa telah menerapkan langkah-langkah dalam beberapa bulan terakhir untuk mengatasi gangguan pasokan akibat masalah pengiriman.

Tom Holder, juru bicara British Retail Consortium, yang mewakili lebih dari 200 pengecer di Britania, mengatakan bahwa serangan di Laut Merah telah menyebabkan beberapa keterlambatan, namun tidak diharapkan berlangsung lama. “Ini hanya sekadar gangguan,” katanya, menambahkan bahwa ia berharap perusahaan akan menyesuaikan pesanan mereka untuk mengantisipasi waktu pengiriman yang memanjang. Dia mengatakan kelangkaan mungkin diperparah oleh pemborong panik teh, agak mirip dengan kelangkaan kertas toilet di awal pandemi virus corona pada tahun 2020.

Pengecer menjamin pelanggan bahwa toko-toko saat ini memiliki pasokan yang cukup. Sharon Hall, chief executive U.K. Tea and Infusions Association, yang mewakili bisnis teh yang menjual di negara ini, mengatakan bahwa mereka memiliki “stok teh yang cukup.”

Namun, pikiran tentang risiko putusnya waktu teh menyebabkan kehebohan.

“Warga Inggris ‘benar-benar terpukul’ oleh ancaman kelangkaan teh,” tulisan di The Daily Mail. “‘Tenang’ teriak para pembeli ketika supermarket besar memperingatkan kelangkaan teh,” tulisan di The Sun.

Orang-orang di Britania minum sekitar 100 juta cangkir teh setiap hari, menurut U.K. Tea and Infusions Association. Bagian terbesar dari impor teh ke Britania dari luar Uni Eropa berasal dari sub-Sahara Afrika, diikuti Asia dan Oseania, menurut Statista, penyedia riset pasar.

Perusahaan di berbagai industri, termasuk Ikea dan perusahaan pakaian Inggris Next, telah melaporkan potensi keterlambatan akibat serangan milisi Houthi yang didukung Iran terhadap kapal komersial yang melintasi Laut Merah.

Serangan tersebut membuat perusahaan pengiriman jarak jauh dihadapkan pada pilihan sulit: entah memutar jalur mengelilingi Afrika, menambahkan dua hingga tiga minggu pada perjalanan, atau melanjutkan melalui Terusan Suez, yang menangani sekitar 12 persen perdagangan global, melalui Laut Merah and berhadapan dengan risiko serangan, serta premi asuransi tambahan.

Eirann Carney, 23, seorang pembeli di London yang tengah berbelanja hari Rabu untuk tempat kerjanya, mengatakan bahwa teh, baginya, adalah “kebiasaan yang ramah.” Dia mengatakan bahwa ia belum mendengar laporan tentang potensi kelangkaan, dan rak-rak di depannya masih memiliki beragam kotak teh yang relatif lengkap.

Jika benar terjadi kelangkaan teh? “Di kantor saya, akan ada kemarahan,” katanya. “Jujur, saya pikir orang-orang tak akan masuk.”

Teh telah lama terkait dengan identitas dan perdagangan Britania. Minuman ini tiba di Britania pada pertengahan tahun 1600-an setelah pedagang Belanda mulai mengimpornya ke Eropa dari Tiongkok. Mahal untuk dibeli pada saat itu, teh menjadi minuman tren di kalangan orang kaya di Britania, akhirnya menyebar lebih luas ke kedai kopi di negara itu dan kemudian hingga ke rak-rak supermarkernya.

Hari ini, orang-orang di Britania lebih banyak meminum kopi daripada teh, menurut studi terkini. Namun, teh masih dianggap sebagai bagian inti dari budaya negara tersebut. Bahkan cara penyajian minuman ini menimbulkan kemarahan trans-Atlantik akhir-akhir ini, setelah seorang profesor kimia Amerika mengusulkan menambahkan sejumput garam saat menyeduh secangkir teh. (Kedutaan Besar Amerika di London, dengan menggertak, menyebutnya sebagai sebuah “pemikiran yang tak terbayangkan.”)