Iran Tetap Merahasiakan Wilayah Saat Membuat Pertimbangan Serangan Balasan terhadap Israel.

EPA

Pemimpin tertinggi Iran dilaporkan telah memerintahkan serangan langsung terhadap Israel

Di kota Jeddah, Arab Saudi, pada hari Rabu, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), sebuah kelompok 57 negara, mengadakan pertemuan darurat atas permintaan Iran untuk membahas, antara lain, pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Tehran minggu lalu.

Pertemuan tersebut menjadi kesempatan bagi Iran, yang Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei telah bersumpah “sanksi keras” untuk pembunuhan tersebut, untuk menjelaskan alasan di balik balasan yang diharapkan.

Baik Iran maupun Hamas mengatakan pembunuhan pada 31 Juli dilakukan oleh Israel, yang tidak memberikan komentar tetapi secara luas diyakini melakukan itu.

Baqeri Ali Bagheri Kani, Menteri Luar Negeri Iran yang sedang menjabat, mengatakan negaranya “tidak punya pilihan” selain untuk merespons, dan hal ini akan terjadi “pada waktu yang tepat dan dalam bentuk yang sesuai”.

Bapak Kani juga menggambarkan reaksi Iran yang mungkin sebagai “bukan hanya pertahanan kedaulatan dan keamanan nasional” tetapi juga “pertahanan stabilitas dan keamanan seluruh wilayah”.

Haniyeh tewas di sebuah rumah tamu yang sangat terlindungi yang dikelola oleh Pasukan Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, pasukan militer elit Iran, saat ia mengunjungi Tehran untuk pelantikan Presiden baru negara itu, Masoud Pezeshkian, sebuah pelanggaran yang memalukan bagi keamanan Iran.

Sejak saat itu, setiap tanda, ucapan, atau pernyataan dari Iran telah dipantau dengan cermat untuk mencari petunjuk bagaimana dan kapan mungkin merespons, di tengah kekhawatiran bahwa balasan tersebut bisa memicu konflik lebih luas dengan Israel.

Namun Bapak Kani tidak memberikan petunjuk dan, dengan kekurangan intelijen oleh Barat, tidak jelas apa yang mungkin direncanakan oleh Iran.