Israel menyerang lebih banyak target di Lebanon saat sirene berbunyi di Tel Aviv Israel menyerang lebih banyak target di Lebanon saat sirene berbunyi di Tel Aviv

Militer Israel sekali lagi menyerang fasilitas milisi Syiah Hezbollah yang didukung oleh Iran di Lebanon dari udara semalam, seperti yang disampaikan pada hari Rabu pagi. Di antara target yang dibom adalah gudang senjata Hezbollah, peluncur misil, dan pejuang, demikian yang diungkapkan oleh angkatan bersenjata di platform online X. Ledakan-ledakan berikutnya menunjukkan adanya jumlah besar senjata yang disimpan, tambahnya.

Sirene peringatan berbunyi di seluruh Tel Aviv pada dini hari Rabu untuk pertama kalinya sejak bulan Mei saat pertahanan udara berhasil menangkal misil yang ditembakkan dari Lebanon, demikian pula yang diungkapkan oleh militer Israel. Misil permukaan-ke-permukaan ditembakkan dari peluncur di bagian selatan negara tetangga tersebut, dan peluncur tersebut kemudian dihancurkan oleh Angkatan Udara Israel, katanya.

Tidak ada laporan mengenai kerusakan atau korban jiwa, tambah militer.

Ini adalah pertama kalinya Hezbollah menargetkan Tel Aviv, di bagian tengah Israel, sejak perang di Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober tahun lalu.

Hezbollah kemudian menyatakan bahwa serangan roket tersebut ditujukan ke markas Badan Intelijen Luar Negeri Israel, Mossad, di pinggiran Tel Aviv. Mossad, katanya, bertanggung jawab atas pembunuhan beberapa pemimpin milisi itu serta terkoordinasinya ledakan massal perangkat komunikasi yang digunakan oleh Hezbollah di Lebanon minggu lalu.

Sejak 7 Oktober, hampir setiap hari terjadi konfrontasi militer antara pasukan Israel dan Hezbollah di wilayah perbatasan antara kedua negara.

Saat perang di Gaza mendekati ulang tahun pertamanya, serangan-serangan Israel menandai eskalasi dramatis konflik dengan Hezbollah di utara.

Israel mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka sedang memperkuat kampanye pembombardiran mereka di Lebanon karena dua hari serangan udara yang menargetkan Hezbollah telah mengakibatkan jumlah kematian melampaui 550 dan memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.