Masyarakat Pribumi Merupakan Salah Satu yang Paling Terkena Dampak oleh Kekerasan Bersenjata
Jumlah orang Kolombia yang tinggal di daerah di mana kelompok bersenjata beroperasi telah melonjak sebesar 70% dalam tiga tahun terakhir, Norwegian Refugee Council (NRC) memperingatkan.
LSM tersebut menyatakan bahwa sekarang hampir 8,4 juta warga sipil tinggal di zona konflik di mana kelompok bersenjata menggunakan intimidasi dan kekerasan untuk mengendalikan kehidupan mereka.
Kepala Norwegian Refugee Council, Jan Egeland, memberitahu BBC bahwa komunitas pedesaan, khususnya telah “dikepung”.
Tuan Egeland, yang sedang berkunjung ke Kolombia, mengatakan bahwa kekerasan yang merajalela tak hanya merugikan warga Kolombia, tetapi juga pengungsi dan migran yang melewati daerah ini.
Setelah delapan tahun pemerintah Kolombia menandatangani perjanjian perdamaian dengan kelompok pemberontak terbesar di negara itu, Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (Farc), kekerasan mencapai tingkat “menghancurkan”, menurut NRC.
Sementara pembubaran sebagian besar pemberontak Farc menciptakan rasa harapan di daerah yang dilanda kekerasan, kekosongan yang ditinggalkan segera diisi oleh kelompok bersenjata lainnya.
Tuan Egeland mengatakan bahwa pertempuran antara kelompok bersaing untuk mengendalikan wilayah dan jalur narkoba berarti bahwa di banyak daerah, situasinya sekarang lebih buruk daripada setelah perjanjian perdamaian.