Aktivis menuntut negara-negara kaya membayar untuk pendanaan iklim bagi negara-negara berkembang di konferensi iklim COP29 di Baku, Azerbaijan.
Seorang yang bernama Sean Gallup dari Getty Images Europe telah mengambil gambar untuk berita ini.
Ada negosiator yang sampai kesepakatan last minute di konferensi iklim global di Baku, Azerbaijan, agar negara-negara kaya membantu tetangga mereka yang lebih miskin menghadapi pemanasan global, menyelamatkan pertemuan tahunan tersebut dari kehancuran.
Sejak awal, fokus konferensi iklim COP29 Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah mengumpulkan uang untuk membantu negara-negara berkembang mengurangi polusi iklim mereka dan mempersiapkan diri menghadapi ancaman yang mereka hadapi dari cuaca ekstrim. Negara-negara berkembang telah memberi kontribusi jauh lebih sedikit dari polusi yang memanaskan planet ini, namun menderita dampak cuaca ekstrim secara berlebihan.
Negara-negara tersebut telah mendorong pendanaan iklim sebesar $1,3 triliun per tahun. Namun kesepakatan terakhir menetapkan tujuan $300 miliar setiap tahun. Beberapa perwakilan negara-negara berkembang sangat marah dengan hasilnya, mengatakan $300 miliar per tahun dari negara-negara industri tidak mencukupi dari apa yang diperlukan negara-negara rentan.
“Ini adalah jumlah yang sedikit,” kata Chandni Raina, anggota delegasi India, selama pertemuan penutup konferensi tersebut. “Itu bukan sesuatu yang akan memungkinkan tindakan iklim yang diperlukan untuk kelangsungan hidup negara kami dan pertumbuhan rakyat kami, mata pencaharian mereka.”
Disampaikan lebih dari satu hari setelah jadwal pembicaraan berakhir, kesepakatan pendanaan tersebut disusun setelah para pemimpin dunia dan aktivis iklim memberikan kritik tajam kepada negara-negara industri, serta pejabat Azerbaijan yang menjadi tuan rumah pertemuan dua minggu tersebut.
Raina mengkritik presiden pertemuan, Mukhtar Babayev, karena membuat kesepakatan pembiayaan sebelum memberikan kesempatan kepada negara-negara untuk memberikan komentar.
“Kepercayaan adalah dasar bagi semua tindakan, dan insiden ini menunjukkan kurangnya kepercayaan, kurangnya kolaborasi pada isu yang merupakan tantangan global, yang dihadapi oleh kita semua, terutama oleh negara-negara berkembang yang tidak bertanggung jawab atas hal itu,” kata Raina. “Tapi, kami melihat apa yang Anda lakukan.”
Mohamed Adow, direktur think tank Kenya Power Shift Africa, mengatakan dalam konferensi pers pada hari Jumat bahwa ini adalah “COP terburuk dalam ingatan baru.”
Menargetkan negara-negara kaya yang telah membangun ekonomi mereka selama berabad-abad dengan menggunakan bahan bakar fosil, Adow menambahkan, “Anda tidak dapat melakukan negosiasi jika hanya satu pihak yang benar-benar terlibat dengan niat baik dan mengajukan proposal yang merespons kebutuhan di lapangan.”