Presiden kiriis pertama Kolombia mengatakan bahwa penyelidikan terhadap keuangan kampanye 2022-nya bertujuan untuk menjatuhkannya dari kekuasaan. Pejabat pemilihan di Kolombia telah memberikan suara untuk meluncurkan penyelidikan terhadap pengeluaran Presiden Gustavo Petro selama kampanye bersejarahnya pada tahun 2022. Pada Selasa, mayoritas dari 10 anggota Dewan Pemilihan Nasional (CNE) menyetujui penyelidikan terhadap Petro dan manajer kampanyenya, Ricardo Roa. Penyelidikan ini terkait dengan dugaan pelanggaran batas keuangan kampanye oleh Petro dan Roa, yang saat ini menjabat sebagai chief executive dari perusahaan energi milik negara mayoritas Kolombia, Ecopetrol. Petro, yang menjadi presiden kiriis pertama Kolombia setelah kemenangan pemilihan 2022-nya, dengan cepat menolak penyelidikan ini sebagai upaya untuk menjatuhkannya. “Kudeta sudah dimulai,” ujar Petro di platform media sosial X. Hasil dari penyelidikan ini bisa berakibat pada denda, namun pemakzulan Petro tetap menjadi prospek yang jauh. Jika penyelidikan dilanjutkan, kasus Petro akan didengar oleh komite tuduhan dari DPR. Di situlah presiden harus diadili, sesuai dengan konstitusi Kolombia. Koalisi Petro memiliki mayoritas di komite tersebut. Tidak ada presiden di Kolombia yang dipecat dari jabatannya oleh DPR setidaknya dalam 30 tahun terakhir. Pengumuman Selasa ini datang setelah dua anggota dewan pemilihan menyampaikan laporan pada bulan Mei yang menuduh bahwa kampanye presiden Petro melebihi batas keuangan sekitar $1,2 juta. Petro telah menyangkal tuduhan tersebut. Dalam pernyataan pada Selasa, dewan tersebut mencantumkan 12 transaksi keuangan yang diduga tidak diungkap oleh kampanye. Pernyataan tersebut juga menuduh kampanye Petro menerima dana dari “sumber pendanaan yang dilarang”, termasuk organisasi buruh. Keberpikiran seputar kampanye Petro telah meningkat selama setahun terakhir. Pada Juli, putra sulungnya, Nicolas Petro, ditangkap. Dia kemudian mengaku kepada jaksa bahwa dia menerima uang dari seorang pengedar narkoba dan menggunakannya untuk acara kampanye ayahnya di pantai Karibia Kolombia. Nicolas Petro bersikeras bahwa ayahnya tidak mengetahui tentang uang tersebut. Pemimpin Kolombia, yang telah kesulitan mewujudkan reformasi sosial besar yang dijanjikannya selama kampanye, juga terlibat dalam skandal lainnya. Pada Mei lalu, misalnya, mantan anggota pemerintahnya setuju untuk bekerja sama dengan jaksa saat mereka menyelidiki skema suap terkait pembelian tangki air.