McDonald’s akan membeli semua waralaba di Israel

McDonald’s mengumumkan pada hari Kamis bahwa Omri Padan, CEO dan pemilik Alonyal Limited, akan menjual francise-francise di Israel kembali ke perusahaan tersebut. Alonyal memulai operasinya McDonald’s di Israel lebih dari 30 tahun yang lalu dan kini telah “mengembangkan bisnis hingga memiliki 225 restoran dan lebih dari 5.000 karyawan.” Karyawan dan operasional restoran akan dipertahankan dengan persyaratan yang setara, kata McDonald dalam sebuah pernyataan. “Selama lebih dari 30 tahun, Alonyal Limited bangga telah membawa Golden Arches ke Israel dan melayani komunitas kami. Kami telah mengembangkan merek tersebut menjadi jaringan restoran terdepan dan paling sukses di Israel dan bersyukur kepada manajemen, karyawan, pemasok, dan pelanggan kami atas hal tersebut,” ujar Padan dalam sebuah pernyataan. “Kami merasa optimis dengan apa yang akan terjadi di masa depan.” Jo Sempels, Presiden Pengembangan Pasar Lisensi Internasional McDonald, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka bersyukur atas bisnis dan merek Alonyal di Israel selama 30 tahun terakhir. “McDonald tetap berkomitmen terhadap pasar Israel dan memastikan pengalaman positif bagi karyawan dan pelanggan di pasar tersebut ke depannya,” ujar Sempels. McDonald tidak memberikan tanggal pembelian tetapi mengatakan bahwa tanggal penutupannya akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang. Pada Februari, McDonald mengatakan bahwa ketegangan yang terus berlangsung di Timur Tengah telah mempengaruhi bisnisnya. Perusahaan tersebut mengatakan dalam laporan kuartal keempat dan tahun penuh tahun 2023, bisnis pasar berlisensi, yang mencakup sebagian besar lokasi di Timur Tengah, hanya meningkat sebesar 0,7 persen dalam kuartal terakhir. Perusahaan mengatakan angka rendah tersebut adalah cerminan dari “dampak perang” antara Israel dan Hamas. Rantai makanan cepat tersebut menjadi sorotan setelah McDonald’s Israel memberikan ribuan makanan gratis kepada pasukan dan warga Israel setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober. Langkah tersebut memicu boikot terhadap perusahaan tersebut sebagai protes terhadap ofensif balasan Israel dan terus menerusnya pengeboman di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 32.000 orang. Untuk berita terbaru, cuaca, olahraga, dan video streaming, kunjungi The Hill.