Mengapa Gencatan Senjata Gaza Sangat Sulit Dicapai

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut respons Hamas terhadap proposal perdamaian Gaza terbaru sebagai “negatif.” Hamas bersikeras bahwa mereka sedang menanganinya “secara positif.”
Menteri Luar Negeri Antony J. Blinken, saat berbicara di Qatar, mengatakan bahwa Hamas telah menuntut perubahan, sebagian di antaranya “layak” dan sebagian tidak. Seorang pejabat Hamas memberitahu saluran televisi berbahasa Arab bahwa kelompok tersebut tidak mengajukan gagasan baru apa pun, dan bahwa Mr. Blinken melihat segala sesuatu melalui lensa Israel dan “berbicara bahasa Ibrani.”
Pemerintahan Biden telah berjanji untuk terus bekerja sama dengan mediator Qatar dan Mesir untuk menyelesaikan perbedaan. Tetapi setelah beberapa hari diplomasi intensif di wilayah tersebut, upaya berbulan-bulan untuk mengakhiri perang di Gaza terasa terhenti, karena setiap pihak berpegang teguh pada tuntutan maksimalis yang tidak dapat diterima oleh pihak lain.
Saat ditanya di pertemuan KTT Grup 7 di Italia apakah ia masih yakin kesepakatan bisa dicapai, Presiden Biden mengatakan, “Saya belum kehilangan harapan, tapi akan sulit.”
Di inti perselisihan seputar kesepakatan tiga fase, menurut pejabat dan pakar, adalah tujuan Hamas untuk pada dasarnya mendapatkan gencatan senjata permanen dari awal dan penarikan semua pasukan Israel dari Gaza sebelum menyerahkan sebagian besar sandera.
Israel mengatakan bahwa mereka bersedia untuk bernegosiasi mengenai penghentian perang yang permanen, yang kini sudah memasuki bulan kesembilan, tetapi hanya setelah membubarkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas. Hal ini bertentangan dengan tujuan Hamas untuk bertahan dalam perang dan tetap menguasai enklaf pesisir.
“Sandera adalah satu-satunya kartu yang dimiliki Hamas sebagai alat tekanan terhadap Israel, jadi tuntutan dasarnya adalah maksimalis,” kata Shaul Shay, mantan wakil kepala Dewan Keamanan Nasional Israel dan sekarang seorang peneliti senior di Institut Internasional untuk Kontra-Terorisme di Universitas Reichman di Israel.
“Hamas ingin agar Israel menarik mundur dan mengakhiri perang, dan agar Hamas terus menguasai Gaza, dengan segala konsekuensi yang dikeluarkannya,” katanya, “sambil tak sepenuhnya jelas mengenai nasib para sandera.”
Rencana tiga fase akan dimulai dengan gencatan senjata sementara yang langsung dan menuju kepada akhir perang yang permanen serta rekonstruksi Gaza. Rencana ini juga menuntut pelepasan semua orang yang masih ditawan di Gaza, baik warga sipil maupun tentara, sebagai pertukaran dengan jumlah yang jauh lebih besar dari warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Reaksi berantai terbaru atas proposal dan kontraproposal dimulai pada akhir April, ketika Israel menyampaikan sebuah rancangan yang disebut Mr. Blinken sebagai “luar biasa murah hati.”