Mengapa Kita Tidak Bisa Menyerah pada Ghosting?

Saat ini, semakin banyak orang yang mengalami penghilangan secara tiba-tiba tanpa meninggalkan jejak. Fenomena ghosting ini telah menjadi topik yang mendapat perhatian luas dalam budaya kita. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam karya seni, ghosting menjadi representasi dari ketakutan akan kehilangan dan kesedihan yang tidak terungkap. Dari novel-novel terkenal hingga film-film horor, kita terus dihadapkan pada rasa penasaran akan orang-orang yang menghilang begitu saja.

Selama beberapa tahun terakhir, ghosting juga telah menjadi topik utama dalam karya seni dan budaya populer. Para seniman, penulis, dan pembuat film tidak henti-hentinya mengekspresikan kebingungan dan kesedihan yang dirasakan ketika seseorang tiba-tiba menghilang dari kehidupan mereka. Bukan hanya sebagai bentuk hiburan semata, tetapi juga sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan.

Bahkan dalam kehidupan nyata, ghosting telah merusak norma-norma sosial dan kontrak sosial yang selama ini kita anut. Baik dalam hubungan persahabatan maupun di lingkungan kerja, ghosting menjadi lebih menakutkan karena menggantungkan beban kehilangan pada orang yang merasa terabaikan. Semakin sulit untuk menghadapi ketidakjelasan, baik dalam kehidupan kita sehari-hari maupun dalam karya seni.

Semua hal ini menunjukkan bahwa ghosting bukan hanya sekedar fenomena sosial modern, tetapi juga refleksi dari rasa takut kita akan kehilangan yang menghantui. Kita harus belajar untuk menghadapi ketidakjelasan dan kesedihan ini dengan cara yang lebih konstruktif, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam karya seni yang kita ciptakan.