Perusahaan-perusahaan Tiongkok siap kembali ke Sudan segera setelah stabilitas dan keamanan terjamin di negara itu yang sedang dilanda perang saudara, kata seorang pejabat Tiongkok.
Proyek-proyek minyak dan gas Tiongkok bernilai miliaran dolar terhenti atau hancur sejak pertempuran dimulai pada bulan April tahun lalu. Operasi yang dibangun dan didanai oleh Tiongkok terpaksa berhenti, dengan lebih dari 1.300 warga Tiongkok dievakuasi sejak saat itu.
Zheng Xiang, pejabat kedutaan Tiongkok di Sudan, baru-baru ini mengatakan kepada Sudan News Agency yang dimiliki oleh negara bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok sangat ingin melanjutkan operasi untuk membantu rekonstruksi negara itu, sementara diskusi dengan pemberi pinjaman sedang dilakukan untuk menyelesaikan masalah utangnya.
Kami harap keamanan dan stabilitas akan terjadi segera untuk melanjutkan pekerjaan sesegera mungkin,” kata Zheng dalam wawancaranya yang dirilis minggu ini.
Janji ini datang setelah pertemuan antara pemimpin de facto Sudan, Abdel-Fattah Al-Burhan, dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di sela-sela Forum Kerjasama Tiongkok-Afrika (FOCAC) di Beijing pada bulan September.
Kesepakatan yang dibuat selama pertemuan itu membuka pintu bagi kerjasama yang lebih erat.
Kami telah berkomunikasi dengan pihak Sudan. Kami bekerja sama untuk melaksanakan hasil-hasil pertemuan tersebut di lapangan langkah demi langkah,” kata Zheng.