Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah mengusulkan gencatan senjata selama dua hari di Gaza yang berpotensi membuka jalan bagi gencatan senjata jangka panjang, karena genosida Israel telah menewaskan lebih dari 1.000 warga Palestina di daerah utara Jalur Gaza dalam kurang dari sebulan.
Usulan el-Sisi, yang mencakup pertukaran empat tawanan Israel yang ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina di penjara Israel, datang saat ribuan warga sipil terjebak menderita serangan Israel yang tak kenal lelah yang telah menewaskan setidaknya 50 orang, termasuk lima wartawan, sejak Minggu.
Pada konferensi pers di Kairo pada hari Minggu, el-Sisi mengatakan gencatan senjata selama 48 jam dan pertukaran tawanan akan diikuti oleh pembicaraan lebih lanjut dalam 10 hari ke depan, dengan harapan bahwa para negosiator dapat menemukan kesepakatan perdamaian.
Dari 251 tawanan yang ditangkap oleh Hamas selama serangan 7 Oktober 2023 di wilayah Israel, 97 diyakini masih ditahan di Gaza, termasuk 34 yang klaim militer Israel telah tewas. Lebih dari 100 tawanan dibebaskan selama gencatan senjata seminggu pada bulan November.
El-Sisi tidak mengatakan apakah rencana tersebut telah secara resmi disampaikan kepada Israel atau Hamas. Tetapi upaya untuk meredakan konflik telah dilanjutkan di ibu kota Qatar, Doha, dengan direktur CIA dan Mossad Israel turut serta.
Tidak ada komentar langsung dari Israel atau Hamas mengenai rencana tersebut.
Mesir, bersama dengan Qatar dan Amerika Serikat, selama beberapa bulan ini telah menjadi mediator dalam pembicaraan tidak langsung tanpa banyak kesuksesan. Salah satu isu kunci yang mencegah tercapainya terobosan adalah keteguhan Hamas agar Israel menarik diri sepenuhnya dari Gaza, yang telah ditolak berkali-kali oleh pejabat Israel.
Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa “konsesi yang menyakitkan” akan diperlukan dalam negosiasi, dan bahwa tindakan militer saja tidak akan mencapai tujuan perang negara tersebut.
Ana…