Paus Fransiskus tiba di Singapura pada hari Rabu, menandai bagian terakhir dari tur 12 hari di Asia Tenggara dan Oseania yang telah menarik perhatian terhadap peran Gereja Katolik dalam mempromosikan dialog lintas kepercayaan. Para paus, yang sebelumnya mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, dan Timor Leste, akan berfokus pada pertemuan dengan pemimpin politik dan memberikan misa yang diharapkan akan mengumpulkan sekitar 55.000 orang.
Arti dari kunjungan ini: Ini adalah kunjungan kepausan kedua yang pernah ada ke Singapura, negara terkaya di Asia, setelah singgah singkat oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1986. Kardinal William Goh menekankan pentingnya pesan paus tentang martabat manusia, inklusivitas, dan dialog antaragama, mencatat, “Singapura dan Takhta Suci memiliki kepentingan bersama dalam mempromosikan dialog dan pemahaman antaragama.” Singapura merupakan negara dengan beragam kepercayaan, dengan 26% mengidentifikasi diri sebagai Buddha, 18% sebagai Muslim, 17% sebagai Kristen, 8% sebagai Hindu, 6% sebagai pengikut agama tradisional Tionghoa, dan 4% sebagai yang lain, termasuk agama asli. Secara demografis, negara ini adalah 74,2% orang Tionghoa, 13,7% orang Melayu, dan 8,9% orang India, dengan yang lainnya menyusun 3,2%.
Apa yang akan terjadi selanjutnya: Pada hari Kamis, paus akan bertemu dengan Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, dan Presiden Tharman Shanmugaratnam, diikuti oleh misa umum di Stadion Nasional. Pesannya diharapkan akan berpusat pada harmoni antaragama, ketidaksetaraan kekayaan, dan perubahan iklim. Pekerja fintech Buddha lokal, Erik Hon, mengatakan kepada AFP bahwa ia berharap kunjungan paus akan “menyebarkan pesan cinta, perdamaian, dan persatuan kepada semua kelompok manusia.” Kunjungan paus ke Asia-Pasifik ini datang saat Vatikan merenegotiasi perjanjiannya dengan Tiongkok mengenai penunjukan uskup.