Kim Jong Un telah memperingatkan ancaman ‘berat’ dari blok militer regional yang dipimpin oleh AS saat ia mengumumkan langkah-langkah nuklir.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah berjanji untuk “secara eksponensial” meningkatkan arsenal nuklir negara tersebut dalam upaya untuk membela negara dari kekuatan “hostil.”
Kim mengatakan negara yang terisolasi menghadapi “ancaman serius” karena “ekspansi sembrono” dari blok militer regional yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang kini berkembang menjadi ancaman berbasis nuklir, seperti yang dilaporkan oleh Korean Central News Agency resmi pada hari Selasa.
Dalam pidato yang menandai ulang tahun ke-76 pendirian pemerintahnya pada hari sebelumnya, Kim mengatakan perkembangan ini mendorong Korea Utara untuk memperluas kemampuan militer.
Negara Asia itu akan “melipatgandakan langkah dan upayanya untuk membuat semua angkatan bersenjata negara, termasuk kekuatan nuklir, siap sepenuhnya untuk pertempuran,” katanya.
Pidato tersebut datang setelah Pyongyang mengungkapkan platform baru yang kemungkinan didesain untuk meluncurkan misil balistik antarbenua yang lebih kuat.
Juga telah melanjutkan praktik meluncurkan balon pengangkut sampah menuju Korea Selatan dalam beberapa hari terakhir.
Kim Jong Un mengawasi uji coba kinerja drone selama kunjungannya ke Drone Institute of North Korea’s Academy of Defence Sciences di lokasi yang tidak diungkapkan di Korea Utara, pada 24 Agustus 2024 [KCNA via Reuters]
Ancaman penyerbuan
Korea Utara telah memprotes penandatanganan pedoman pertahanan AS-Korea Selatan baru pada bulan Juli yang dimaksudkan untuk mengintegrasikan senjata nuklir AS dan senjata konvensional Korea Selatan untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara yang semakin meningkat.
Korea Utara mengatakan pedoman tersebut mengungkap rencana musuhnya untuk menyerang. Pejabat AS dan Korea Selatan telah berkali-kali mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud untuk menyerang negara tersebut.
Sejak tahun 2022, Korea Utara telah secara signifikan mempercepat aktivitas uji coba senjatanya, dan mengancam bahwa mereka memiliki kemampuan untuk meluncurkan serangan terhadap AS dan Korea Selatan.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Korea Utara saat ini memiliki sekitar 50 hulu ledak nuklir, meskipun jumlah pastinya tidak diketahui.
Korea Utara terkena sanksi internasional karena program senjata nuklir dan misilnya. Uji coba nuklir terakhir diketahui terjadi pada tahun 2017.
AS dan Korea Selatan telah merespons dengan memperluas latihan militer yang Korea Utara sebut sebagai latihan penerbangan.