Pengadilan delapan orang yang diduga membantu pelaku dalam pembunuhan sadis guru sejarah Samuel Paty dimulai di pengadilan Paris pada hari Senin, empat tahun setelah insiden itu terjadi.
Kejahatan tersebut, yang diklasifikasikan sebagai tindakan teroris bermotif Islamis, menggemparkan Prancis dan memicu kemarahan internasional.
Pada bulan Oktober 2020, tersangka, seorang 18 tahun berdarah Rusia-Chechen, membunuh dan memenggal kepala Paty yang berusia 47 tahun di pinggiran Paris. Pasukan keamanan Prancis kemudian menembak dan membunuh penyerang tersebut.
Sebelum pembunuhan itu, guru sejarah tersebut telah dicap sebagai sasaran online karena menunjukkan karikatur Nabi Muhammad selama pelajaran tentang kebebasan berekspresi.
Tujuh lelaki dan satu perempuan diadili, termasuk dua teman dari pelaku yang, menurut surat dakwaan, mengetahui rencananya. Keduanya dikatakan mendampinginya saat membeli senjata, dan salah satunya juga disebut membawanya ke tempat kejadian. Mereka dituduh membantu dan menyokong pembunuhan teroris. Mereka menghadapi hukuman penjara seumur hidup.
Terdakwa lain termasuk ayah murid yang katanya menyebarkan tuduhan terhadap Paty di media sosial, serta seorang pria yang kabarnya memposting video pembunuhan tersebut di jaringan sosial.
Pengadilan diperkirakan akan berlangsung hingga 20 Desember. Para terdakwa dituduh membentuk organisasi teroris kriminal dan menghadapi hingga 30 tahun penjara.
Seperti hampir setahun yang lalu, dalam persidangan terpisah, enam murid dinyatakan bersalah di pengadilan anak untuk keterlibatan mereka dalam peristiwa yang menyebabkan pertumpahan darah itu.
Lima dari mereka menerima hukuman penangguhan dan satu murid dihukum enam bulan penjara.