Menteri sebaiknya memperluas ID yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk memberikan suara, demikian disarankan oleh lembaga pengawas pemilu, setelah sebuah laporan menemukan bahwa sebanyak 750.000 orang mungkin tidak memberikan suara dalam pemilu umum 2024 karena kurangnya dokumen yang diperlukan.
Komisi Pemilu mengatakan pemerintah juga sebaiknya mempertimbangkan untuk memungkinkan orang tanpa ID memberikan suara jika seseorang yang memiliki bukti identitas dapat memberikan jaminan untuk mereka di tempat pemungutan suara.
Studi mereka tentang hukum ID pemilih, yang diperkenalkan di bawah Partai Konservatif pada tahun 2022 dan digunakan untuk pemilu nasional untuk pertama kalinya pada 4 Juli tahun ini, menemukan bahwa sekitar 16.000 pemilih ditolak di tempat pemungutan suara karena tidak memiliki ID dan tidak kembali, 0,08% dari jumlah total orang yang memberikan suara.
Namun, ketika polling yang dilakukan untuk penelitian itu bertanya kepada orang yang sama sekali tidak mencoba memberikan suara alasan mereka mengapa, 4% mengatakan itu karena mereka tidak memiliki ID. Ketika polling tersebut mencakup daftar alasan yang disebutkan, jumlahnya naik menjadi 10%.
Dengan jumlah partisipasi 60% dari total jumlah pemilih terdaftar Britania Raya sekitar 47 juta orang, bahkan 4% dari orang yang tidak mencoba memberikan suara karena aturan ID tersebut akan mencapai sekitar 750.000 yang tidak diberikan hak suara. Studi tersebut tidak termasuk Irlandia Utara karena telah memiliki hukum ID pemilih sendiri sejak tahun 1985.
Meskipun laporan mencatat bahwa partisipasi pemilu 2024 sebesar 59,8% merupakan yang terendah sejak tahun 2001, namun dikatakan bahwa tidak mungkin untuk secara akurat mengatakan apakah hal ini terkait dengan aturan baru tersebut.
Penelitian menemukan bahwa fenomena ini sangat umum di kalangan orang dari latar belakang sosial yang lebih miskin. Ada juga tanda-tanda bahwa hal yang sama terjadi pada orang-orang cacat dan yang menganggur, namun tidak pada tingkat signifikan secara statistik.
Demikian pula, ketika polling untuk studi itu menemukan bahwa 87% dari orang Britania secara keseluruhan menyadari aturan ID, angka ini menurun menjadi 71% untuk kelompok usia 18 hingga 24 tahun dan 76% untuk orang dari komunitas etnis minoritas.
Ketika hukum ID diperkenalkan, para pengunjuk rasa mengkritik daftar sempit bentuk ID foto yang diizinkan, termasuk tujuh jenis ID yang berbeda untuk orang tua, namun tidak satupun untuk mahasiswa atau orang muda lainnya.