Dua tahun lalu, para pemimpin global berjanji untuk mendirikan sebuah perjanjian pada akhir 2024 yang akan menjadi dasar untuk mengakhiri polusi plastik.
Kata-kata yang digunakan saat itu untuk menggambarkan perjanjian tersebut, seperti “internasional”, “berkekuatan hukum” dan “mengatasi siklus hidup plastik secara penuh”, menunjukkan sebuah perjanjian global yang kuat, satu yang menimbulkan harapan bahwa negara-negara siap dan bersatu untuk melakukan yang terbaik.
Sejak saat itu, dan setelah empat putaran negosiasi yang memecah belah karena adanya penentangan konsisten dari sejumlah kecil negara produsen minyak, bahasa yang mengatur jangkauan dan mandat dari perjanjian ini telah dipangkas, dengan langkah-langkah yang kuat berisiko digantikan oleh alternatif yang lemah seperti “ditentukan secara nasional”, “sukarela”, dan “pengelolaan limbah” (daripada siklus hidup plastik secara penuh).
Minggu ini, saat kita memasuki putaran negosiasi kelima dan terakhir, skeptisisme tentang apakah para negosiator akan mencapai perjanjian global yang kuat adalah wajar. Namun, kita tidak boleh menyerah kepada mereka yang ingin melanjutkan seperti biasa. Pemerintah harus bersikap tegas dan bersatu untuk mencegah kerugian yang tidak dapat dikembalikan bagi semua, mengetahui bahwa mereka memiliki dukungan dari seluruh dunia.